SAR adalah suatu
pengerjaan dari personil dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong
dengan cara yang efektif dan efisien jiwa manusia dan sesuatu yang berharga,
yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan.
Dari sudut
pandang operasional SAR diaktifkan bila diterima informasi bahwa :
1. Muncul suatu keadaan darurat atau mungkin akan
muncul.
2. Tidak diaktifkan kembali operasi SAR bila
korban atau sesuatu yang berharga yang berada dalam keadaan bahaya dibebaskan
dalam komposisi terawat atau beteul-betul aman, ketika tidak memungkinkan lagi
munculnya keadaan darurat, atau ketika tidak lagi diharapkan pertolongan.
Maka dari keseluruhan sistem SAR untuk mengatasi problem atau masalah SAR maka dapat digambarkan secara menyeluruh, yaitu :
1. Dengan cepat dapat dimengerti oleh seseorang
yang masih awam dalam bidang SAR.
2. Secara logika dapat
dilaksanakan oleh pasukan operasi SAR selama dituntut adanya misi SAR.
1. Tahapan SAR
Untuk
mempermudah misi SAR, suatu kegiatan operasional SAR dibagi ke dalam
tahapan-tahapan, yaitu sebagai berikut :
1.1. Tahap Kekhawatiran (awareness stage)
yaitu
kekhawatiran bahwa keadaan darurat mungkin akan muncul, termasuk di dalamnya
penerimaan informasi keadaan darurat yang datang dari perseorangan atau
organisasi atau instansi pemerintahan.
1.2. Tahap Kesiapan (initial action stage)
yaitu aksi persiapan
diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih
jelas, termasuk di dalamnya :
-
Mengevaluasi dan mengklarifikasi informasi yang
didapat.
-
Menyiapkan fasilitas SAR
-
Pencarian awal dengan komunikasi
-
Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya
setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan.
1.3. Tahap Perencanaan (planning stage)
yaitu suatu pengembangan
perencanaan yang efektif, termasuk didalamnya :
-
Perencanaan pencarian dan dimana sepatutnya
dilaksanakan.
-
luas daerah search
area.
-
tipe pola pencarian.
-
Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir.
-
Perencanaan pencarian optimum.
-
Perencanaan pencarian yang dapat dicapai.
-
Memilih metoda pertolongan yang terbaik.
-
Memilih titik pembebasan/delivery point yang aman bagi korban.
1.4. Operation Stage
- melakukan briefing kepada unit-unit SAR pelaksana.
- memberangkatkan atau
mengirim fasilitas SAR.
- SAR bergerak ke lokasi kejadian.
- melakukanoperasi pencarian
di lokasi kejadian.
- melakukan penggantian
atau penjadwalan unit-unit SAR di loksai kejadian.
- menolong dan
menyelamatakan korban.
- memberi perawatan
gawat darurat pada korban yang membutuhkan.
- melaksanakan debriefing kepada unit-unit SAR
pelaksana.
1.5. Tahap akhir (mision
conclution stage)
yaitu gerakan dari
seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke
lokasi semula, termasuk didalamnya :
- - Kembali ke Base
Camp
- - Re-covery
- - Memuat dan mengatur kembali perlengkapan
- - Menyiapakan unit pelaksana yang akan kembali
- - Membuat dokumentasi SAR
2. Komponen SAR
5 komponen fungsional
SAR :
2.1. Organisasi
Yaitu memberikan
ketentuan pembagian wilayah dari tanggung jawab perkoordinasian SAR dan untuk
pemusatan serta kemampuan koordinasi untuk dapat menjamin efektivitas
penggunaan fasilitas yang dapat dipakai dalam bentuk misi SAR.
gambar 1.
2.1.1. SC (SAR COORDINATOR)
Sebagai
penanggung jawab adalah seorang pejabat wilayah atau daerah tanggung jawab
Kantor Koordinasi Rescue atau Sub Koordinasi Rescue yang karena jabatannya,
fungsi dan wewenangnya dapat memberi dukungan yang diperlukan untuk
melaksanakan organisasi SAR.
Fungsi dari SC adalah :
a. Mengambil langkah-langkah untuk memastikan
bahwa mempunyai anggota yang cukup selama berlangsungnya operasi.
b. Mengatur
hubungan kerja dengan berabagai instasni baik pemerintahan maupun
swasta.
c. Menjamin bahwa operasi SAR yang dilakukan
telah didokumentasikan.
d. Membuat laporan situasi selama berlangsungnya
operasi SAR dan membuat laporan lengkap
setelah berakhirnya operasi SAR.
2.1.2. SMC (Search
Mission Coordinator)
Adalah menjadi tanggung
jawabnya untuk :
a. Memperoleh semua keterangan mengenai keadaan
gawat darurat.
b. Memplot daerah operasi pncarian, menentukan
cara dan fasilitas yang akan digunakan.
c. Membagi daerah pencarian.
d. Mengadakan briefing
dan debriefing pada personil SAR.
e. Mengadakan evaluasi semua laporan darimana pun
sumbernya.
f. Mengatur penyaluran perbekalan untuk membantu
para korban.
g. Mencatat secara kronologis dan cermat mengenai
semua kegiatan opersional SAR, termasuk :
- daerah operasi pencarian.
- laporan mengenai apa yang dilihat/didengar, tindakan yang diambil
serta hasil yang dicapai.
- membuat laporan harian tentang evaluasi kemajuan yang dicapai dan
kemungkinan ditentukan sasaran pencarian.
h. Membuat laporan secara teratur kepada SC dan
apabila perlu kepada masyarakat.
i. Menyarankan penghentian usaha pencarian bila
dipandang perlu.
j. Membuat laporan terakhir perihal hasil
operasi SAR yang telah dilaksanakan.
2.1.3. OSC (On
Scene Commander)
Adalah unit SAR
yang mengenadalaikan pelaksanaan SAR yang berada di daerah pencarian, mengatur
dan mgendalikan unit-unit SAR yang ada. Adapun OSC bertanggung jawab langsung
kepada SMC.
2.1.4. SRU (Search
Rescue Unit)
Yaitu setiap
unsur SAR yang mempunyai cukup banyak tenaga pelaksana untuk melakukan
fungsinya seefisien mungkin, seluruh anggota pelaksana harus mempunyai kondisi
fisik yang baik, mengenal medan, dan mempunyai pengetahuan paling sedikit
tentang Peta dan Kompas (Navigasi) dan Penanganan Gawat Darurat.
2.2. Fasilitas SAR (SAR
Unit/SRU)
SRU adalah unit-unit yang melakukan operasi SAR di
lokasi musibah/bencana, SRU terbagi menjadi tiga macam matra yaitu: SRU Laut
seperti kapal dan rubber boat; SRU Udara
seperti pesawat udara, helikopter; dan SRU Darat seperti Rescue Jeep, Rescue Truck dan
ambulan.
2.3. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk pertukaran informasi
dalam kegiatan operasi SAR. Peralatan komunikasi yang digunakan seperti radion
HF/VHF, telepon, INMARSAT, dan Beacon
2.4. Pelayanan
darurat
Adalah komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan
darurat yang bersifat sementara, termasuk pemberian bantuan medis kepada korban
di lokasi musibah sampai ke tempat penampungan/perawatan yang lebih memadai.
Yang termasuk komponen ini adalah: posko-posko medis, dokter, paramedis, obat-obatan, dan rumah sakit.
2.5. Dokumentasi
Adalah komponen berupa pendataan laporan atau kegiatan termasuk semua
data yang diterima pada tahap kekhawatiran sampai tahap akhir dan biasanya didukung dengan data visual berupa
foto/rekaman gambar seperti peta udara, laut dan topografi, analisa serta
data-data seperti data kapal, data pesawat, dan manifes. Data-data ini akan
menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta meningkatkan kemampuan
operasi.
3. TEKNIK PENCARIAN
Perlunya Cepat Tanggap
dalam suatu Operasi SAR
Faktor-faktor yang
mempersulit dalam pencarian, yaitu :
1. Sangat cepatnya area pencarian yang potensial
meluas (lihat gambar 1.)
2. Meningkatnya kesulitan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi (lihat gambar 2.)
gambar 2.
Titik dimana survivor terakhir diketahui, merupakan titik awal yang
lebih baik untuk menentukan area pencarian potensial. Walaupun nantinya akan
mengarah kepada langkah awal yang salah, tetapi itulah satu-satunya jalan yang
dapat dilakukan untuk mencegag meluasnya area pencarian. Makin sempit area
pencarian, makin mudah kita membatasi atau memblok dan melakukan pencarian.
Apabila survivor mempunyai waktu untuk menempuh jarak 10 km, area
pencarian menjadi 314 km2. Dalam keadaan medan tertentu dimana untuk
1 km2 area pencarian diperlukan 30 orang pencari untuk 1 hari
pencarian, maka sangat sulit untuk menyiapkan jumlah pencari yang dibutuhkan
untuk area seluas itu.
gambar 3.
Kesulitan pencarian meningkat secara cepat, sampai
survivor tidak mampu bergerak atau berjalan. Setelah itu meningkat sedikit lagi
baru kemudian mendatar. Survivor yang sudah tidak mampu melakukan pergerakan,
masih dapat berteriak ataupun memberi respon lain atas usaha pencarian. Bila ia
telah holang kesadarannya atau meninggal, ia berada pada keadaan tersulit untuk
dicari, tetapi kesulitan pencarian tidak akan bertambah lagi.
3.1. TAKTIK PENCARIAN
Pencarian yang spesifik dapat bervariasi tergantung
situasi tertentu, tetapi secara umum hal itu akan tercakup dalam lima mode
pencarian. Empat metode (1-4) diperhitungkan untuk mencegah survivor
meninggalkan area pencarian tanpa terdeteksi.
3.1.1. Preliminary Mode
Merupakan usaha-usaha untuk dapat mendapatkan inormasi
awal, mengkoordinir regu-regu pencari, membentuk pos pengendali, perencanaan
pencarian awal dan lain-lain.
3.1.2. Confinement Mode
Menciptakan atau membentuk garis batas (perimeter) untuk mengurung survivor di
dalam area pencarian.
Metode pencarian dengan sistem Confinement Mode terbagi
atas :
a. Blocking.
Yaitu tim pencari
ditempatkan di jalan masuk ke area pencarian baik jalan atau jalan setapak.
Mereka mencatat apabila ada orang yang ke luar dan masuk ke daerah area
pencarian. Biasanya area ini ditutup untuk orang masuk (kecuali regu pencari)
dan ditempatkan aparat keamanan untuk mendampingi tim. Titik-titik blocking
selamanya ada yang menempati kecuali diputuskan untuk ditinggalkan.
b. Lookouts.
Yaitu menempatkan regu
kecil di ketinggian untuk dapat mengawasi daerah-daerah sekitarnya (lembah,
aliran sungai, dan lain-lain), untuk mendeteksi survivor bila bergerak di sekitar daerah itu. Beberapa alat bisa
digunakan untuk menarik perhatian survivor
seperti asap, suara peluit, sinar lampu dan lain-lain.
c. Camp-In.
Yaitu pos-pos pemantau
yang didirikan pada posisi-posisi strategis (persimpangan jalan setapak,
pertemuan aliran sungai, dan lain-lain). Camp-In
dapat berfungsi sebgai Lookouts, Pos relay Radio, Trail atau Road Block, dari titik Camp-In
ini juga regu pencari bisa bergerak melakukan penyapuan ke daerah
sekitarnya.
d. Track Traps.
Yaitu membuat dan
memanfaatkan rintangan-rintangan alam (tepian berpasir rata pada sungai, tanah
lunak di jalan setapak), agar survivor
yang melewati daerah tersebut dipastikan akan meninggalkan jejak. Dalam selang
waktu tertentu dilakukan pemeriksaan di tempat tersebut.
e. String Lines.
Looksouts dan Camp-In akan lebh efektif di daerah yang
cukup terbuka.
Pada daerah yang
bertumbuhan rapat, akan lebih efektif jika dibuat String Line yaitu berupa tali berdiameter 2 mm, cukup kuat dan
warna mencolok, dipasang setinggi dada pada garis yang ditentukan dan dikaitkan
pada pohon-pohon dan kedua ujungnya ditambatkan kuat. Selain digunakan untuk Confinement, string line yang dipasangi tags (terbuat dari kertas plastik atau
kain yang mencolok warnanya) dapat memberikan petunjuk pada survivor untuk
menuju ke tempat yang aman.
String Line juga berfungsi untuk
mebagi-bagi area pencarian dan digunakan sebagai garis batas sektor pencarian.
Ada dua hal yang menguntungkan
dengan membentuk sektor-sektor pencarian itu :
- Mengurangi waktu yang diperlukan survivor untuk bergerak mencapai atau terperangkap string lines.
gambar 4.
- Mempermudah pelaksanaan pencarian oleh regu-regu pencari, karena
jelas batasan-batasannya.
gambar 5.
3.1.3. Detection Mode
Memeriksa tempat-tempat yang potensial dan
menggerakkan pencarian dengan informasi penyapuan (sweep search) di dalam area pencarian potensial. Pada area tersebut
diperhitungkan akan ditemukan survivor atau jejak atau sesuatu yang tercecer
yang ditinggalkan survivor.
Detection Mode terbagai atas tiga kriteria pencarian,
yaitu :
a. Type I Search
Yang ingin dicapai dari
type ini adalah :
- Pemeriksaan sesegera
mungkin atas area di mana survivor
diduga kuat berada.
- Mendapatkan informasi
mengenai area pencarian.
Metode ini digunakan
pada :
- Tahap pencarian paling awal.
- Setiap saat untuk memeriksa apa
yang tampak mencurigakan (belum dapat dipastikan) atau memeriksa ulang
daerah-daerah dimana survivor diduga
kuat berada.
Metodenya adalah regu
kecil yang mampu bergerak cepat bergerak memeriksa jalan, jalan setapak,
punggungan gunung, sepanjang aliran sungai, air terjun, tebing curam,
gubuk-gubuk, hutan lebat, dan lain-lain yang mencurigakan di dalam daerah
pencarian.
Jumlah anggota regu
bervariasi antara 3-6 orang (minimum 3 orang dengan pertimbangan keselamatan).
Meskipun tidak selalu, sewaktu-waktu anggota regu dapat bergerak melebar (bila
melewati punggungan gunung yang lebar, tepi sungai yang landai). Pada selang waktu
tertentu regu berhenti untuk memperhatikan sekitar, memanggil survivor dan
menanti kemungkinan adanya jawaban. Komandan regu harus selalu memberikan
informasi perkembangan regunya, temuan jejak, dan catatan-catatan perubahan
medan berdasarkan peta yang digunakan kepada SMC atau OSC.
Apabila regu pencari
mendapatkan jejak atau barang tercecer segera dicatat tempat penemuan lokasi
dimana jejak atau barang tersebut berada.
Bila SMC atau OSC
memerintahkan untuk membawa barang tersebut, maka sebuah marker harus
ditempatkan di lokasi penemuan. Hal ini untuk mempermudah regu pencari lainnya
menemukan lokasi itu.
gambar 6.
Kesalahan pada umumnya
terjdai dengan gerak pencarian berjajar (menyapu), terutama bila gerak
berpatokan pada Control Line adanya
daerah yang overlap (tumpang tindih)
atau tidak tersapu. Fungsi dari ribbon (pita
dengan warna yang mencolok) berfungsi sebagai patokan penyapuan sisi terluar
apabila penyapuan dilakukan bolak-balik.
Kesalahan lain yang
umumnya terjadi adalah para pencari tidak dapat menjaga jarak penyapuan,
terutama bila jumlah anggota regu lebih dari 5 orang, bahkan bisa saja jarak
antar penyapu akan semakin mendekat dan akhirnya menyatu, untuk mengatasi hal
ini komandan regu bertugas mengawasi di belakang pencari.
b. Type II Search
Sasarannya adalah
pencarian yang cepat pada seluruh area yang terdeteksi, dan digunakan pada :
- Tahap awal operasi pencarian terutama jika
jangka waktu orang yang hilang untuk bertahan hidup sangat pendek.
- Situasi
dimana search area luas, tidak ada area-area khusus yang bisa
diidentifikasi, dan apabila kekurangan tenaga untuk bisa meliput seluruh area.
Metode pencaraian yaitu dengan jarak yang lebar di antara pencari.
Walaupun metode ini tidaklah secermat sebagaimana bila jarak di antara pencari
lebih sempit, cara ini lebih sempit, cara ini lebih efisien (akan menghasilkan
pencapaian yang lebih besar dari kemampuan kerja pencari per jam dari waktu
pencarian).
Jumlah angota team 3-7 orang. Jarak penyapuan yang lebar dapat
dilaksanakan sempurna oleh tim yang terdiri dari 3 orang dengan sudut kompas
sejajar.
gambar 7.
Bila jumlah anggota tim lebih dari
lima orang, umumnya akan lebih bijaksana memiliki pemimpin tim yang bergerak
menyamping jauh selebar jarak penyapuan, tugasnya adalah untuk :
- memperhatikan
apakah pemegang kompas (compas man)
dapat menjaga sudut kompas yang sejajar.
- Mengatasi
hal-hal yang tidak diinginkan.
- Memeriksa
penemuan-penemuan.
Apabila seorang anggota tim
menemukan sesuatu atau mendapat kesulitan dalam menembus kerimbunan hutan, maka
ia harus berteriak “HALT” (berhenti),
pemimpin tim leader akan memeriksa
apa yang menjadikan alasan untuk berhenti dan akan memberi perintah untuk
bergerak kembali bila setiap anggota tomnya sudah siap.
“Adalah
merupakan prinsip umum gerak berjajar ini, bahwa setiap anggota tim boleh
berteriak “HALT”, tetapi hanya tim leader yang boleh memerintahkan tim bergerak
kembali.”
Umumnya Type II Search digunakan
untuk memeriksa sungai-sungai/parit. Di daerah yang berhutan lebat,
sungai-sungai kecil merupakan jalan yang lebih mudah untuk ditembus oleh subjek
dibandingkan dengan belukar di sekitarnya.
gambar 8.
Perintah guide right atau guide left
digunakan untuk memberitahu anggota team ke orang mana di harus berposisi (ke
sebalah kiri atau kanan). Pada gambar 8, orang no. 2 dan no. 3 mengikuti aliran
sungai (control line), orang no. 1 guiding right (berpatokan pada orang yang di
sebelah kanan), orang no. 5 berpatokan pada no. 4, no. 4 berpatokan pada orang
no. 3 (guiding left).
Perintah shift right atau sift left
digunakan untuk memberitahu anggota-anggota team yang harus bergerak ke arah
kiri atau kanan selama pergerakan.
Adapun penyapuan sejajar dengan
menggunakan sudut kompas (guide compas) untuk mengontrol pergerakan.
gambar 9.
c. Type III Search
Suatu pencarian yang cermat atas
area yang spesifik. Metode ini digunakan bila bila area pencarian terbatas dan
tersedia tenaga pencari cukup banyak.
Pada dasarnya type ini sama dengan
type II, hanya jarak antara pencari lebih pendek dan jumlah pencari bervariasi 5-9
orang.
3.1.4. Tracking Mode
Melacak jejak atau sesuatu yang ditinggalkan survivor.
Pada umumnya dilakukan dengan :
- - Anjng pelacak.
- - Orang yang terlatih dalam mencari dan mengikuti jejak.
Pada umumnya regu-regu pencari (SRU) jarang terlibat dalam tahapan ini, untuk menghindari terhapusnya atau rusaknya jejak.
Pada umumnya regu-regu pencari (SRU) jarang terlibat dalam tahapan ini, untuk menghindari terhapusnya atau rusaknya jejak.
3.1.5. Evacuation Mode
Memberikan perawatan pertama dan membawa lost person ke titik penyerahan (untuk
perawatan lebih lanjut) bila diperlukan.
4. EVAKUASI
Tiga hal pokok yang harus dilakukan regu pencari yang
berhasil menemukan survivor, yaitu :
1. Segera memberikan pertolongan pertama bila
diperlukan.
2. Meyakinkan survivor bahwa ia akan selamat karena
telah berhasil ditemukan.
3. Melaporkan ke Base Camp tentang kondisi dan lokasi
ditemukannya survivor.
Adapun kemungkinan kondisi survivor pada saat
ditemukan :
1. Cedera, diluar kemampuan survivor menolong dirinya
sendiri.
2. Cedera ringan yang hanya membutuhkan sedikit
bantuan.
3. Meninggal dunia.
Evakuasi survivor hanya
diputuskan oleh SMC atau OSC.
gambar 10.
gambar 11.
gambar 12.
gambar 13.
gambar 14.
gambar 15
dari berbagai sumber
by budi stones
Tidak ada komentar:
Posting Komentar