1.1. Search and Rescue
SAR adalah suatu pengerjaan dari personil dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong dengan cara yang efektif dan efisien jiwa manusia dan sesuatu yang berharga, yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan.
Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklus penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari pencegahan (mitigasi) , kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery) ,dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat.
1.2. Tahapan SAR
Untuk mempermudah misi SAR, suatu kegiatan operasional SAR dibagi ke dalam tahapan-tahapan yang mudah dimengerti, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap Kekhawatiran
yaitu kekhawatiran bahwa keadaan darurat mungkin akan muncul, termasuk di dalamnya penerimaan informasi keadaan darurat.
b. Tahap Kesiapan
yaitu aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya :
- Mengevaluasi dan mengklarifikasi informasi yang didapat.
- Menyiapkan fasilitas SAR
- Pencarian awal dengan komunikasi
- Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan.
c. Tahap Perencanaan
yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif, termasuk didalamnya :
- Perencanaan pencarian dan dimana sepatutnya dilaksanakan.
- Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir.
- Perencanaan pencarian optimum
- Perencanaan pencarian yang dapat dicapai
- Memilih metoda pertolongan yang terbaik
- Memilih titik pembebasan/delivery point yang aman bagi korban
d. Operation Stage
- SAR bergerak ke lokasi kejadian
- melakukan pencarian
- menolong dan menyelamatakan korban
- memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan
e. Tahap akhir
yaitu gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula, termasuk didalamnya :
- Kembali ke Base Camp
- Re-covery
- Memuat dan mengatur kembali perlengkapan
- Menyiapakan unit pelaksana yang akan kembali
- Membuat dokumentasi SAR
1.3. Komponen SAR
5 komponen fungsional SAR :
A. Organisasi
Yaitu memberikan ketentuan pembagian wilayah dari tanggung jawab perkoordinasian SAR dan untuk pemusatan serta kemampuan koordinasi untuk dapat menjamin efektivitas penggunaan fasilitas yang dapat dipakai dalam bentuk misi SAR.
1. SC (SAR COORDINATOR)
Sebagai penanggung jawab adalah seorang pejabat wilayah atau daerah tanggung jawab Kantor Koordinasi Rescue atau Sub Koordinasi Rescue yang karena jabatannya, fungsi dan wewenangnya dapat memberi dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan organisasi SAR.
Fungsi dari SC adalah :
a. Mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa mempunyai anggota yang cukup selama berlangsungnya operasi.
b. mengatur hubungan kerja dengan berabagai instasni baik pemerintahan maupun swasta.
c. menjamin bahwa operasi SAR yang dilakukan telah didokumentasikan.
d. membuata laporan situasi selama berlangsungnya operasi SAR dan membuat laporan lengkap setelah berakhirnya operasi SAR.
2. SMC (Search Mission Coordinator)
Adalah menjadi tanggung jawabnya untuk :
a. memperoleh semua keterangan mengenai keadaan gawat darurat.
b. memplot daerah operasi pncarian, menentukan cara dan fasilitas yang akan digunakan.
c. membagi daerah pencarian.
d. mengadakan briefing dan debriefing pada personil SAR.
e. mengadakan evaluasi semua laporan darimana pun sumbernya.
f. mengatur penyaluran perbekalan untuk membantu para korban.
g. mencatat secara kronologis dan cermat mengenai semua kegiatan opersional SAR, termasuk :
- daerah operasi pencarian.
- laporan mengenai apa yang dilihat/didengar, tindakan yang diambil serta hasil yang dicapai.
- membuat laporan harian tentang evaluasi kemajuan yang dicapai dan kemungkinan ditentukan sasaran pencarian.
h. Membuat laporan secara teratur kepada SC dan apabila perlu kepada masyarakat.
i. menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu.
j. membuat laporan terakhir perihal hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.
3. OSC (On Scene Commander)
Adalah unit SAR yang mengenadalaikan pelaksanaan SAR yang berada di daerah pencarian, mengatur dan mgendalikan unit-unit SAR yang ada. Adapun OSC bertanggung jawab langsung kepada SMC.
4. SRU (Search Rescue Unit)
Yaitu setiap unsur SAR yang mempunyai cukup banyak tenaga pelaksana untuk melakukan fungsinya seefisien mungkin, seluruh anggota pelaksana harus mempunyai kondisi fisik yang baik, mengenal medan, dan mempunyai pengetahuan paling sedikit tentang Penaganan Gawat Darurat.
KOMPONEN SAR
Untuk melaksankan operasi SAR secara cepat dan efektif maka harus tersedia lima komponen SAR.
1. Organisasi
Struktur organisasi tugas terdiri atas : SAR Coordinator (SC); SAR Mission Coordinator (SMC); On-Scene Coordinator (OSC); dan SAR Unit (SRU).
2. Fasilitas SAR (SAR Unit/SRU)
SRU adalah unit-unit yang melakukan operasi SAR di lokasi musibah/bencana, SRU terbagi menjadi tiga macam matra yaitu: SRU Laut seperti kapal dan rubber boat; SRU Udara seperti pesawat udara, helikopter; dan SRU Darat seperti Rescue Jeep, Rescue Truck dan ambulan.
3. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk pertukaran informasi dalam kegiatan operasi SAR. Peralatan komunikasi yang digunakan seperti radion HF/VHF, telepon, INMARSAT, dan Beacon
4. Pelayanan darurat
Adalah komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara, termasuk pemberian bantuan medis kepada korban di lokasi musibah sampai ke tempat penampungan/perawatan yang lebih memadai. Yang termasuk komponen ini adalah: posko-posko medis, dokter, paramedis, obat-obatan, dan rumah sakit
5. Dokumentasi
Adalah komponen berupa pendataan laporan atau kegiatan, biasanya didukung dengan data visual berupa foto/rekaman gambar seperti peta udara, laut dan topografi, analisa serta data-data seperti data kapal, data pesawat, dan manifes. Data-data ini akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta meningkatkan kemampuan operasi.
EVAKUASI
1. Dapat digunakan
untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
dari berbagai Sumber
by budi stones
SAR adalah suatu pengerjaan dari personil dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong dengan cara yang efektif dan efisien jiwa manusia dan sesuatu yang berharga, yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan.
Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklus penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari pencegahan (mitigasi) , kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery) ,dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat.
1.2. Tahapan SAR
Untuk mempermudah misi SAR, suatu kegiatan operasional SAR dibagi ke dalam tahapan-tahapan yang mudah dimengerti, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap Kekhawatiran
yaitu kekhawatiran bahwa keadaan darurat mungkin akan muncul, termasuk di dalamnya penerimaan informasi keadaan darurat.
b. Tahap Kesiapan
yaitu aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya :
- Mengevaluasi dan mengklarifikasi informasi yang didapat.
- Menyiapkan fasilitas SAR
- Pencarian awal dengan komunikasi
- Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan.
c. Tahap Perencanaan
yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif, termasuk didalamnya :
- Perencanaan pencarian dan dimana sepatutnya dilaksanakan.
- Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir.
- Perencanaan pencarian optimum
- Perencanaan pencarian yang dapat dicapai
- Memilih metoda pertolongan yang terbaik
- Memilih titik pembebasan/delivery point yang aman bagi korban
d. Operation Stage
- SAR bergerak ke lokasi kejadian
- melakukan pencarian
- menolong dan menyelamatakan korban
- memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan
e. Tahap akhir
yaitu gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula, termasuk didalamnya :
- Kembali ke Base Camp
- Re-covery
- Memuat dan mengatur kembali perlengkapan
- Menyiapakan unit pelaksana yang akan kembali
- Membuat dokumentasi SAR
1.3. Komponen SAR
5 komponen fungsional SAR :
A. Organisasi
Yaitu memberikan ketentuan pembagian wilayah dari tanggung jawab perkoordinasian SAR dan untuk pemusatan serta kemampuan koordinasi untuk dapat menjamin efektivitas penggunaan fasilitas yang dapat dipakai dalam bentuk misi SAR.
1. SC (SAR COORDINATOR)
Sebagai penanggung jawab adalah seorang pejabat wilayah atau daerah tanggung jawab Kantor Koordinasi Rescue atau Sub Koordinasi Rescue yang karena jabatannya, fungsi dan wewenangnya dapat memberi dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan organisasi SAR.
Fungsi dari SC adalah :
a. Mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa mempunyai anggota yang cukup selama berlangsungnya operasi.
b. mengatur hubungan kerja dengan berabagai instasni baik pemerintahan maupun swasta.
c. menjamin bahwa operasi SAR yang dilakukan telah didokumentasikan.
d. membuata laporan situasi selama berlangsungnya operasi SAR dan membuat laporan lengkap setelah berakhirnya operasi SAR.
2. SMC (Search Mission Coordinator)
Adalah menjadi tanggung jawabnya untuk :
a. memperoleh semua keterangan mengenai keadaan gawat darurat.
b. memplot daerah operasi pncarian, menentukan cara dan fasilitas yang akan digunakan.
c. membagi daerah pencarian.
d. mengadakan briefing dan debriefing pada personil SAR.
e. mengadakan evaluasi semua laporan darimana pun sumbernya.
f. mengatur penyaluran perbekalan untuk membantu para korban.
g. mencatat secara kronologis dan cermat mengenai semua kegiatan opersional SAR, termasuk :
- daerah operasi pencarian.
- laporan mengenai apa yang dilihat/didengar, tindakan yang diambil serta hasil yang dicapai.
- membuat laporan harian tentang evaluasi kemajuan yang dicapai dan kemungkinan ditentukan sasaran pencarian.
h. Membuat laporan secara teratur kepada SC dan apabila perlu kepada masyarakat.
i. menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu.
j. membuat laporan terakhir perihal hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.
3. OSC (On Scene Commander)
Adalah unit SAR yang mengenadalaikan pelaksanaan SAR yang berada di daerah pencarian, mengatur dan mgendalikan unit-unit SAR yang ada. Adapun OSC bertanggung jawab langsung kepada SMC.
4. SRU (Search Rescue Unit)
Yaitu setiap unsur SAR yang mempunyai cukup banyak tenaga pelaksana untuk melakukan fungsinya seefisien mungkin, seluruh anggota pelaksana harus mempunyai kondisi fisik yang baik, mengenal medan, dan mempunyai pengetahuan paling sedikit tentang Penaganan Gawat Darurat.
KOMPONEN SAR
Untuk melaksankan operasi SAR secara cepat dan efektif maka harus tersedia lima komponen SAR.
1. Organisasi
Struktur organisasi tugas terdiri atas : SAR Coordinator (SC); SAR Mission Coordinator (SMC); On-Scene Coordinator (OSC); dan SAR Unit (SRU).
2. Fasilitas SAR (SAR Unit/SRU)
SRU adalah unit-unit yang melakukan operasi SAR di lokasi musibah/bencana, SRU terbagi menjadi tiga macam matra yaitu: SRU Laut seperti kapal dan rubber boat; SRU Udara seperti pesawat udara, helikopter; dan SRU Darat seperti Rescue Jeep, Rescue Truck dan ambulan.
3. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk pertukaran informasi dalam kegiatan operasi SAR. Peralatan komunikasi yang digunakan seperti radion HF/VHF, telepon, INMARSAT, dan Beacon
4. Pelayanan darurat
Adalah komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara, termasuk pemberian bantuan medis kepada korban di lokasi musibah sampai ke tempat penampungan/perawatan yang lebih memadai. Yang termasuk komponen ini adalah: posko-posko medis, dokter, paramedis, obat-obatan, dan rumah sakit
5. Dokumentasi
Adalah komponen berupa pendataan laporan atau kegiatan, biasanya didukung dengan data visual berupa foto/rekaman gambar seperti peta udara, laut dan topografi, analisa serta data-data seperti data kapal, data pesawat, dan manifes. Data-data ini akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta meningkatkan kemampuan operasi.
STANDAR PERLENGKAPAN
RELAWAN
Perlengkapan Pribadi Tim Relawan
2.
Pakaian :
- Pakaian Lapangan, Pakian Tidur,
Pakaian Dalam
-
Topi Lapangan
- Sepatu Lapangan dan Kaos kaki
- Ikat Pinggang
3.
Perlengkapan Tidur : - Matras
-
Sleeping Bag
-
Kelambu Lapangan (opsional)
4.
Perlengkapan Makan : - Alat masak lapangan dan bahan bakarnya
-
Piring, Gelas plastic, Sendok
-
Veldpless
5.
Perlengkapan Mandi : - Handuk
- Sabun Desinfektan, Pasta gigi dan
sikat gigi
- Shampoo
6.
Alat Bantu Pergerakan : - Senter, batere, dan bohlam cadangan
- Kompas/GPS
- Pisau Lipat Serbaguna
- Tali panjang 20 meter, diameter 5 mm
7.
Obat-obatan : -
Obat pribadi
- First Aid Kit
- Obat malaria
- Water Purifer
- Masker dan sarung tangan
8.
Makanan : - Untuk minimal 7 hari
- Makanan siap makan
- makanan cepat saji (instant)
9.
Dokumen Pribadi : -
KTP/SIM/Paspor dan fotokopinya
- Uang Saku sejumlah Rp……………………….
TIPS BAGI RELAWAN
Untuk Mencegah ‘PENYAKIT’
1. Siapkan Spiritual,
Fisik dan Mental.
Yakinkan anda benar-benar mau melakukan ini demi menolong dan
beramal kepada sesama manusia. Karena selalu ada relawan "swasta" yang pulang kembali karena muntah2 dan kesurupan. Katanya
karena diganggu roh-roh korban bencana.
2. Perlengkapan Utama
Selain Keperluan Untuk Survival
[senter, pisau, korek gas, jas hujan] ialah MASKER, dan seperti kasus SARS usahakan masker standar minimal
W.H.O (tipe N-95). Bukan masker kamar operasi apalagi saputangan yang dilipat
seperti yang ada sekarang, bukan juga masker penggergajian kayu yang ada
filternya tapi tidak efektif untuk menyaring kuman di udara. Selain itu bila akan
mengevakuasi mayat, pakailah corpses
gloves seperti standar petugas kamar mayat. Bukan menggunakan handschoen karet tipis (gammex) yang mudah robek, yang mestinya
dipakai untuk menangani pasien hidup di RS.
3. Pakailah Topi
Kegunaan topi sangat penting untuk mencegah cipratan cairan tubuh
dari tubuh mayat yang lengket dan dapat melekat pada rambut anda. Jika tidak
teliti cipratan itu bisa jatuh/meleleh ke makanan saat anda makan. Akibatnya? relawan telah kena diare yang ditengarai disebabkan kuman-kuman Clostridia melalui jalan tersebut di
atas.
4.Cucilah Tangan Anda
Sebelum Dan Sesudah Mengangkat 1 Mayat.
Boros? Memang, tapi kita tak ingin ada lagi para relawan
yang jadi korban diare atau penyakit fatal. Gunakan sabun antiseptik seperti
Lifebuoy, Nuovo atau apa pun namanya. Cuci tangan selama 5 menit. Lebih baik
lagi jika ada sikat pencuci tangan seperti di kamar operasi (HIBISCRUB BRUSH) untuk menyikat
bagian-bagian lipatan kulit, daerah yang sulit terjangkau dan kuku. Usahakan
sabun antiseptik cair.
5. Betadine Kecil,
Alkohol 70 %, Plester/Bandaid, Kasa Gulung, Daryanttulle,
Juga gunting kecil, mata pisau bedah / scalpel - bisa dibeli di
Apotik-apotik- dan tali hendaknya selalu tersedia disamping air bersih pada veldples, sedikit gula dan garam, dan
air mineral atau supplement elektrolit (Pocari Sweat) karena uap garam dari
laut yang bercampur bau mayat merupakan racun yang membuat kita banyak kencing
dan kehilangan cairan dan elektrolit. Jangan pernah meminum energy
drink supplement yang dapat membuat anda tidak cukup tidur dan pada
akhirnya menurunkan daya tahan dan energi anda. Segeralah tidur pada waktunya.
Bersikaplah dewasa dan bertanggung jawab dalam mengemban amanah rakyat
Indonesia yang ada pada pundak anda.
6. Pakai Celana Katun
Bukan Jeans
Karena celana jeans berat jika kena air dan Lumpur. Kalau bahan
parasut membuat sirkulasi panas tubuh dan aliran keringat tidak baik saat anda
mengangkut mayat. Pakailah sepatu dan kaus kaki. Jangan enggan karena takut
becek jika masuk ke lumpur, rawa dan kubangan air. Beberapa penduduk di
Meulaboh telah terkena gigitan ular akibat masuk ke rawa-rawa untuk mengambil
mayat tetapi tanpa alas kaki. Gigitan pacet/lintah jarang di daerah pantai
(tapi harus waspada toooohhhhh). Cuci kaki dan jemur sepatu dan pakaian anda
setiap hari. Membawa lebih dari 2 pasang sepatu adalah hal yang baik. Tidak
harus sepatu boot (kalau ada sih mantaaap), yang penting tertutup.
7. Jika Anda Luka
Segera dicuci dengan air mineral dan sabun antiseptik, disikat dan
segera lapor pada pimpinan rombongan dan dokter anda. Jika luka itu sampai
mengeluarkan darah (bukan lecet), lebih baik anda menunda kerja sampai luka itu
kering.
8. Jangan Gunakan Tissue
Anti Nyamuk (mosquito repelllent)
Tissue Anti Nyamuk dapat menyebabkan abrasi kulit. Kalau terpaksa
sekali gunakan obat nyamuk semprot/bakar, tentu dengan tetap menjaga agar
asapnya tidak mengganggu saluran nafas. Di Kab. Pidie sudah dilaporkan adanya
kasus Malaria!
9. Minum Obat Pencegahan
Malaria yaitu Chloroquine
Nama Dagang = Nivaquine/Malarex/ Resochin sebanyak 2 tablet
/minggu atau jika tidak alergi sulfa minum Fansidar (=
Sulfadoxin-Pirimetamine) sebanyak 1 tablet/minggu. Obat-obatan itu diminum
sejak sebelum keberangkatan, kalau bisa 1 minggu sebelumnya. Obat pencegahan
malaria juga harus diminum selama di daerah itu dan sampai 1 bulan sejak
pulang. Jika diduga terkena serangan malaria, gejala TRIAS yang beturut-turut =
Menggigil ==>Demam==>Banyak berkeringat, segera konsultasi pada dokter
anda. Jika belum sempat bertemu dokter, minum 4 tablet Chloroquine pada hari I, 2 tablet pada hari ke II dan 2 tablet pada
hari ke III. Kurang lebih 1/2 jam sebelumnya minumlah paracetamol/Panadol dan
Metoclopramide/Primperan 1 tablet.
10. Bawalah Obat-obatan
Pribadi
Diantranya Amoksisilin, tetrasiklin, oralit, bactrim, bisolvon, benadryl, obat
semprot asma dsb, agar anda tidak merepotkan anggota tim lainnya. Toh obat itu
bisa dipakai oleh saudara-saudara kita korban bencana disana.
Empat kelompok kondisi korban
1. KR = Kritis : Perawatan Langsung.
Korban yang kritis
harus diutamakan dan secepatnya dibawa ke
rumah sakit terdekat. Perlu dilakukan
pencatatan indentitas dan ciri-ciri korban, rumah sakit yang dituju dan nomor kendaraan
yang mengantar.
Jika ada, bisa diberi
pita atau sobekan kain berwarna merah di lengannya.
2. DR = Darurat : Perawatan Segera. Korban yang
darurat segera diberi bantuan untuk meringankan penderitaan dan secepatnya dibawa ke rumah sakit
terdekat. Perlu dilakukan pencatatan indentitas dan ciri-ciri korban, rumah sakit yang
dituju dan nomor kendaraan yang mengantar. Jika ada, bisa diberi pita atau sobekan
kain berwarna kuning di lengannya.
3. NK = Non-Kritis : Bisa menunggu perawatan. Korban yang non-kritis
sebaiknya ditempatkan pada
tempat terlindung dan
diberikan pertolongan pertama
sebelum dicatat
indentitas dan ciri-cirinya. Jika ada, bisa diberi pita atau sobekan kain
berwarna biru di
lengannya.
4. TH = Tanpa Harapan
:
Meninggal atau tidak bisa dirawat.
Korban yang tanpa harapan ditempatkan di lokasi khusus
dan dicatat identitas serta ciri-cirinya dan apabila memungkinkan diberi perawatan
kemudian. Pindahkan korban tewas
dan tidak bisa dirawat ke tempat aman sambil
menunggu angkutan ke Rumah Sakit. Jika ada, bisa diberi pita atau sobekan kain
berwarna hitam di lengannya.
Nama atau
nomor korban perlu
dicatat pada pita
atau sobekan kain
yang ada di lengan.
EVAKUASI
Ketentuan :
1. Yakin
subjek sudah dapat dievakuasi
2. Tersedia
peralatan pendukung.
3. Tidak
panik bila menghadapi masalah.
4. Memberi
keyakinan kepada subjek ---- SEGERA DAPAT PERTOLONGAN ----.
5. Keadaan
Subjek harus tetap aman dan nyaman.
6. Dilakukan
pengcekan kesehatan Subjek secara rutin.
Jenis Manual Evakuasi :
I. Evakuasi oleh 1 orang penolong.
1. Dengan cara memanggul.
a. Tahap kegiatan.
a. Tahap kegiatan.
1.
Pengangkut jongkok menyisipkan tangannya di bawah ketiak
korban, yang tidur terlentang.
2.
Pengangkut
mengangkat korban lalu didudukkan di atas
paha penolong.
3. Sisipkan tangan
kanan pengangkut di bawah di antara
kedua kaki korban, tangan kiri menahan tangan korban kemuadian tangan kanan
pengangkut memegang tangan korban.
4.
Tangan kiri
pengangkut bertumpu ke tanah dan mulai berdiri
5.
Betulkan letak
korban dan usahakan tulang kemaluan korban terletak di pundak penolong.
6.
Mulailah berjalan. (gambar 1.)
gambar 1.
a. Keuntungan.
1. Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2. Prosedur pengangkutan sederhana sehingga dapat digunakan secara cepat.
b. Kerugian.
1. Jarak tempuh terbatas sampai dengan 300 m.
2. Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang tidak rata.
c. Larangan.
1. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang
belakang, cedera dada dengan gangguan pernafasan dan cedera perut dengan
pendarahan hebat.
2. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.
2. Dengan cara memapah.
a. Tahap kegiatan.
1.
Pengangkut berdiri
di samping tungkai korban yang sakit,
sedangkan tungkai penolong disandarkan pada belakang tungkai korban.
2.
Satu tangan
penolong memegang pergelangan tangan korban lalu dirangkulkan melalui tengkuk
dan dipegang.
3.
Tangan pengangkut
yang lain merangkul pinggang korban dari belakang.
Kemudian korban disuruh berjalan dan penolong mengikuti (tidak boleh mendahului). (gambar 2.)
gambar 2.
a. Keuntungan.
1.
Prosedur
pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan secara cepat.
2.
Jarak tempuh
disesuaikan dengan kemampuan korban
b. Kerugian.
Tidak dapat digunakan untuk pengangkutan korban yang tidak sadar atau
terlalu lemah sehingga tidak mampu berdiri
c. Larangan.
1.
Tidak boleh
dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang.
2.
Tidak boleh
dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.
3. Dengan cara membopong.
a. Tahap kegiatan.
1. Korban didudukkan di atas paha penolong.
2. Pengangkut memangkunya (tangan penolong di bawah kedua paha korban
sedang tangan yang lain merangkul di belakang punggung korban).
3. Korban merangkul penolong, penolong berdiri perlahan-lahan. (gambar 3.)
gambar 3.
b. Keuntungan .
1. Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2. Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan secara cepat
c. Kerugian.
1. Jarak tempuh terbatas sampai dengan 50 meter.
2. Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang tidak rata.
d. Larangan.
Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang
belakang.
4. Dengan cara menggendong.
a. Tahap Kegiatan.
1. Menggendong cara biasa. Dilakukan terhadap korban yang
sadar dan kuat untuk memegang pengangkut, tidak ada luka di bagian depan
dan tidak ada patah tulang.
2. Menggendong cara ransel.
(a) Gunakan dua buah kopelriem yang
diperpanjang dan disambung.
(b) Tempatkan sambungan kopel riem di bawah
paha dan punggung korban pada posisi terlentang.
(c) Buka kedua kaki korban secukupnya lalu
penolong terlentang di atas korban di antara kedua kaki korban sambil
memasukkan kopel ke kedua tangan penolong seperti menggendong ransel.
(d) Pegang kedua tangan korban dilanjutkan
berguling kesikap tiarap sehingga posisi korban berada di atas tubuh penolong.
(e) Penolong lalu berdiri selanjutnya berjalan membawa korban. (gambar 4.)
gambar 4.
b. Keuntungan.
1. Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2. Jarak tempuh relatif jauh sampai dengan 3000 meter
c. Kerugian.
Rawan cedera bagi pengangkut
terutama pada medan yang tidak rata.
d. Larangan.
1. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang
belakang, cedera dada dengan gangguan pernafasan dan cedera perut dengan
perdarahan hebat.
2. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.
5. Memanggul korban yang tidak sadar.
gambar 5.
6. Dengan cara menyeret dan mengkait.
II. Evakuasi oleh 2 orang penolong atau lebih.
1. Dengan cara memapah oleh 2 orang penolong.
a. Tahap kegiatan.
1. Pengangkut berdiri disamping tungkai korban yang sakit, sedangkan
tungkai penolong disandarkan pada belakang tungkai korban.
2. Satu tangan penolong memegang pergelangan tangan korban lalu
dirangkulkan ke tengkuk dan dipegang.
3. Tangan pengangkut yang lain merangkul pinggang korban dari belakang.
4. Kemudian korban disuruh berjalan dan penolong mengikuti (tidak boleh
mendahului), (gambar 7).
gambar 7.
b. Keuntungan.
1. Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan secara cepat
2. Jarak tempuh relatif jauh sesuai kemampuan korban.
c. Kerugian.
Tidak dapat digunakan untuk mengangkut korban yang tidak sadar atau yang
sangat lemah sehingga tidak mampu berdiri.
d. Larangan.
1. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang.
2. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.
2. Dengan cara membopong oleh 2 orang penolong.
a. Tahap kegiatan.
1. Korban dalam keadaan sadar.
2. Korban dibaringkan terlentang
3. Penolong berdiri bersisian pada bagian anggota tubuh dari korban.
4. Aba-aba “jongkok” pengangkut berjongkok dengan patokan lutut yang di
atas adalah searah kepala korban.
5. Aba-aba “pegang” pengangkut memasukan kedua tangan ke bawah tubuh
korban hingga batas siku.
6. Pengangkut tertua bertanya “ siap ….? “ bila tidak ada jawaban berarti
sudah siap.
7. Aba-aba “angkat” korban diangkat diletakan di atas paha penolong,
sambil memperbaiki posisi tangan penolong.
8. Aba-aba “berdiri” penolong bersama-sama berdiri, sambil merapatkan
tubuh korban ke badan penolong.
9. Untuk pengangkutan korban tidak
sadar atau pingsan dengan dua orang, cara berbaring sama dengan cara pertama,
hanya untuk pengangkut saling berhadapan sehingga posisi korban berada di antara kedua pengangkut. Begitu
juga untuk aba-aba sama dengan pengangkutan berbaring pada korban masih sadar, (gambar 8).
gambar 8.
b. Keuntungan.
1. Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2. Prosedur pengangkutan sederhana sehingga dapat digunakan secara cepat.
c. Kerugian.
1. Jarak tempuh terbatas sampai dengan 400 m.
2. Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang tidak rata.
d. Larangan.
Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang
belakang.
3. Dengan cara duduk oleh 2 orang penolong
a. Tahap kegiatan.
1. Korban didudukkan, kedua
penolong berlutut di belakang korban
sambil kedua lutut penolong saling merapat.
2. Kedua penolong mengangkat korban
dan mendudukkannya di atas paha
penolong.
3. Tangan penolong yang satu saling berpegangan di bawah paha korban
sedang satu tangan yang lain saling berpegangan di punggung korban.
4. Mengangkat korban dan mendudukannya di atas paha penolong selanjutnya
penolong berdiri dan berjalan, (gambar 9).
gambar 9.
b. Keuntungan.
1. Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar
2. Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan secara cepat
c. Kerugian.
1. Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter.
2. Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang tidak rata.
d. Larangan.
1. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang
belakang.
2. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.
4. Dengan cara duduk oleh 2 orang penolong pada lorong sempit
a. Tahap kegiatan.
1. Penolong menempatkan diri satu di depan dan satu di belakang korban
dengan posisi awal korban dalam keadaan terlentang.
2. Aba-aba “JONGKOK” pengangkut yang dibelakang jongkok sambil
mendudukkan korban, sedang penolong yang di depan jongkok menempatkan diri diantara kedua kaki korban.
3. Aba-aba “PEGANG” pengangkut memasukan kedua tangan ke bawah ketiak dan
saling berpegangan di dada korban, sedangkan pengangkut yang lain memegang
kedua lutut korban.
4. Aba-aba “ANGKAT” pengangkut bersama-sama berdiri lalu berjalan, (gambar 10).
gambar 10.
b. Keuntungan.
2. Prosedur pengangkutan sederhana sehingga dapat digunakan secara cepat.
c. Kerugian.
Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter
d. Larangan.
1. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang
belakang.
2. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.
5. Dengan cara membopong oleh 3 orang penolong
a. Petunjuk.
Pengangkutan dengan cara ini
untuk mengangkut korban dalam keadaan tak sadar.
b. Pelaksanaan.
1. Korban ditelentangkan, kedua tangan diletakkan di atas perut.
2. Ketiga penolong berjongkok di salah satu sisi korban, masing-masing di
daerah dada, pinggang dan tungkai.
3. Kedua tangan para penolong diselipkan di bawah korban, masing-masing
memegang punggung, panggul dan tungkai korban (paha dan betis).
4. Perlahan-lahan tubuh korban diangkat dan diletakkan di atas salah satu paha penolong (kiri semua atau kanan semua).
4. Perlahan-lahan tubuh korban diangkat dan diletakkan di atas salah satu paha penolong (kiri semua atau kanan semua).
5. Ketiga penolong berdiri bersama-sama sambil tubuh korban dirapatkan ke
dada ketiga penolong.
6. Kemudian berjalan bersama-sama dipimpin oleh yang tertua dengan
langkah yang sama menuju ke tempat yang dituju.
6. Dengan cara mendudukan di 4 lengan.
gambar 11.
Berikut ini adalah
formulir yang di
gunakan oleh OP Regu SAR
& Tandu dan
Regu Pertolongan Pertama & Kesehatan untuk melakukan pemilahan
korban bencana menurut kondisinya.
Dengan menggunakan formulir ini bisa ditentukan pengutamaan korban yang
perlu di rawat langsung, segera, bisa menunggu atau tanpa harapan.
Formulir ini harus
diserahkan kepada Regu
Dokumentasi dan Administrasi
untuk membuat laporan kondisi
korban.
Formulir Penanganan Bencana Lembar
No. : ………………………….
Daftar Pemilahan Korban Bencana Lokasi : ……………………….
Pengisi : …………………………………….
No.
|
Nama (sesuai dengan tanda Penduduk)
|
Kondisi (pilih salah satu)
|
Jenis Kelamin
|
Perkiraan Umur (thn)
|
No. Pol Kendaraan / ambulans
|
Tujuan
|
Berangkat dari lokasi
|
|||||
KR
|
DR
|
NK
|
TH
|
L
|
P
|
Tanggal
|
Jam
|
|||||
Note : 1. KR = Kritis
; Perawatan Langsung
2. DR = Darurat
; Perawatan Segera
3. NK = Non-Kritis
; Bisa Menunggu Perawatan
4. TH = Tanpa
Harapan ; Meninggal atau tidak bisa dirawat
dari berbagai Sumber
by budi stones