I. UTARA PETA
Utara Peta adalah bagian atas dari
tulisan, yaitu :
1. Legenda peta atau keterangan yang
dicantumkan di tepi peta.
2. Tulisan nama-nama gunung, kota, desa dan
nama-nama lainnya yang tegak lurus dengan lembaran peta.
Untuk
penulisan yang tertera di lembaran peta yang dicetak miring seperti angka ketinggian (angka kontur) menunjukkan ke arah yang lebih tinggi, gambar 1.
dan nama-nama sungai, gambar 2. Sungai Ci Paranggong yang mengalir dari arah barat ke timur bertemu dengan Sungai Ci Banangar kemudian bertemu lagi dengan Sungai Ci Kahuripan yang mengalir dari utara ke selatan, sehingga ketiga sungai tersebut menjadi satu yang mengalir ke arah selatan.
Cara menentukan arah aliran sungai (dari hulu ke hilir) adalah dengan cara melihat garis aliran sungai yang memotong garis kontur.
Contoh ; nama Sungai Ci Kahuripan berada di ketinggian 1.200 m dpl, nama Sungai Ci Paranggong berada di ketinggian 1.550 m dpl dan nama Sungai Ci Banangar berada di ketinggian 1.100 m dpl.
II. ORIENTASI ; Teknik Peta - Kompas
gambar 1. angka-angka garis kontur yang menunjukkan ke arah dataran yang lebih tinggi.
Cara menentukan arah aliran sungai (dari hulu ke hilir) adalah dengan cara melihat garis aliran sungai yang memotong garis kontur.
Contoh ; nama Sungai Ci Kahuripan berada di ketinggian 1.200 m dpl, nama Sungai Ci Paranggong berada di ketinggian 1.550 m dpl dan nama Sungai Ci Banangar berada di ketinggian 1.100 m dpl.
gambar 2. pertemuan aliran 3 anak sungai ; Ci kahuripan, Ci Paranggong dan Ci Banangar.
II. ORIENTASI ; Teknik Peta - Kompas
Sebelum
kita melakukan suatu perjalanan ke suatu daerah alangkah baiknya kita
mempelajari terlebih dahulu wilayah yang akan kita tuju dengan mengamati dan
menganalisa nama-nama daerah, jalan setapak, jalan makadam, jalan-jalan raya,
sungai dan lain-lain pada lembaran peta daerah operasi/perjalanan yang akan
kita lewati. Sehingga pada saat berada di wilayah tersebut tidak
akan mengalami kesulitan.
Beberapa
tanda medan yang terbaca di peta, dan disesuaikan dengan medan sebenarnya.
1. Puncak gunung atau bukit, punggungan gunung,
lembah antara dua puncak, dan bentuk bentuk tonjolan lain yang mencolok.
2. Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak
sungai dengan jalan, kelokan sungai yang tajam, tebing-tebing di tepi sungai.
3. Belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai
dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.
4. Bila beroperasi di pantai ; muara sungai dapat
menjadi tanda medan yang amat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut,
teluk atau lengkungan yang mencolok, pulau-pulau kecil di laut, delta,
muara-muara sungai kecil.
5. Untuk di daerah datar atau rawa-rawa kita bisa menggunakan tanda medan berupa kelokan
sungai, percabangan sungai, muara-muara sungai kecil.
6. Dalam penyusuran di sungai tanda medan yang bisa sebagai titik kontrol adalah belokan sungai, cabang sungai, tebing-tebing, delta dan lain-lain bisa dijadikan sebagai tanda medan yang jelas.
6. Dalam penyusuran di sungai tanda medan yang bisa sebagai titik kontrol adalah belokan sungai, cabang sungai, tebing-tebing, delta dan lain-lain bisa dijadikan sebagai tanda medan yang jelas.
Contoh gambar antara gambar kontur di lembaran peta dengan bentuk yang sebenarnya di lapangan yang bisa kita sebut sebagai tanda medan, yang selanjutnya bisa kita pergunakan sebagai titik kontrol perjalanan kita.
gambar 3. aliran air anak sungai masuk ke danau/situ.
gambar 4. aliran air anak sungai yang mengalir ke luar dari danau/situ.
gambar 5. terpisahnya aliran anak sungai menjadi 2 anak sungai yang berlokasi di dasar lembahan.
gambar 6. pertemuan 2 anak sungai yang berlokasi di dasar lembahan.
gambar 7. persimpangan antara jalan makadam dan jalan setapak.
gambar 8. persimpangan jalan makadam.
gambar 9. pertemuan 2 jalan setapak.
gambar 10. pertemuan jalan setapak dengan jalan makadam.
gambar 11. Jalan berbelok.
gambar 12. perpotongan antara jalan setapak dengan sungai, dimana di loksai tersebut tidak ada jembatan penyebrangan.
gambar 13. daerah rawa-rawa.
Dalam
melakukan perjalanan atau operasi lainnya hal yang paling penting yang harus
diingat dan dilakukan terlebih dahulu adalah TITIK AWAL (titik start) dimana kita akan melakukan perjalanan,
karena titik awal ini adalah sebagai penentu arah tujuan kita dalam melakukan
perjalanan.
Sebelum
melakukan perjalanan, kita perlu mengenali tanda-tanda medan di daerah yang akan kita tuju.
Biasanya kita bertanya pada penduduk setempat nama-nama puncak gunung, nama
bukit, nama sungai, nama-nama daerah dan sebagainya di dekitar daerah tersebut
yang kemudian kita cocokkan dengan lembaran peta yang kita bawa, sehingga akan memudahkan kita untuk melakukan
orientasi, yaitu :
1. Mencari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok.
2. Lembaran peta diletakkan pada bidang datar.
3. Menyamakan utara peta dan utara kompas (letak lembaran peta sudah sesuai dengan bentang alam).
4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol di sekitar tempat kita berdiri. Temukan tanda medan tersebut pada lembaran peta (seperti aliran sungai, nama daerah atau desa, jalan makadam, jalan setapak). Lakukan untuk beberapa tanda medan yang jelas, lalu coba cari tanda-tanda medan yang tidak menonjol tetapi penting pada saat pergerakan perjalanan di daerah yang dilewati nanti.
5. Ingatlah tanda-tanda medan itu, bentuk, tempat di lapangan ataupun di lembaran peta.
6. Selalu mengingat hal-hal yang khas pada setiap tanda medan.
6. Selalu mengingat hal-hal yang khas pada setiap tanda medan.
Setelah
melakukan orientasi, kenali
tanda medan di sekitar daerah perjalanan kita. Jadikan tanda-tanda tersebut
sebagai pedoman dalam perjalanan.
Lakukan
teknik Orientasi beberapa kali
dari tempat yang berbeda-beda, suatu bentuk atau bentang alam
bisa berubah bila dilihat dari arah yang
berbeda.
III. TEKNIK MEMBACA PETA
Dalam
teknik membaca peta kita sudah dapat menguasai pengetahuan dasar tentang peta
topografi (utara peta, skala peta, kontur, koordinat, tanda-tanda pengenal
seperti ; nama daerah, nama sungai dan lain-lain) dan sudah dapat membaca peta
(punggungan, sungai, lembah, daerah datar, daerah landai, menghitung
ketinggian tempat dan sebagainya) gambar 14 - 18.
gambar 14. puncak bukit atau gunung.
gambar 15. jalan setapak yang mengikuti arah punggungan.
gambar 16. titik rendah antara dua titik atau lebih dari tempat yang lebih tinggi (saddle).
gambar 17. jalan setapak yang berada di sisi bukit terjal.
gambar 18. pertemuan antara sungai dan anak sungai.
Teknik
membaca peta ini adalah untuk memudahkan kita dalam melakukan orientasi dimana
pada saat kita berada di lapangan sangat sulit untuk melakukan Resection, karena jarak pandang yang terbatas yang disebabkan oleh kabut yang tebal atau hujan lebat.
Prinsip
Teknik Membaca Peta adalah dengan menentukan posisi dari arah perjalanan dengan
membaca peta dan teknik orientasi, yaitu dengan cara :
1. TITIK AWAL ; Kita harus mengetahui betul titik awal
perjalanan (misal di desa tertentu nama desa tersebut ada dan tertera di
lembaran peta, persimpangan antara jalan dan sungai yang jelas (gambar 8, 9, 10), persimpangan
jalan makadam (gambar 7, 8)dan lain-lain yang antara di lapangan dan di lembaran peta
tertera dengan jelas). Kemudian Plot titik tersebut di lembaran peta dan tulis
koordinat titik tersebut.
2. TANDA MEDAN ; Gunakan selalu tanda medan yang jelas
(punggungan yang menerus, daerah aliran sungai yang berada di sebelah kiri atau
kanan perjalanan kita, tebing-tebing dan sebagainya) sebagai pedoman arah
perjalanan.
3. ARAH KOMPAS ; Gunakan selalu kompas untuk melihat
arah perjalanan atau pergerakan kita. Apakah arah perjalanan kita sesuai dengan
arah punggungan, aliran sungai, lembahan yang sebelumnya sudah kita pelajari
dan analisa arah perjalanan kita.
4. TAKSIR JARAK ;
Hitung atau taksir berapa jauh kita
sudah melakukan perjalanan dengan menaksir tiap bagian perjalanan. Untuk hal
ini kita harus berhenti dan mengamati ke belakang dan kemudian kita menaksir jarak
yang sudah kita tempuh. Jangan harap taksiran kita itu pasti, perbedaan 100-250
meter jarak perjalanan kita kalau kita terapkan atau dihitung di peta hanya 0,5
– 1 cm pada peta topografi ber-skala 1 : 25.000 atau 2 – 5 mm pada peta
topografi ber-skala 1 : 50.000.
5. ORIENTASI ; Lakukan teknik orientasi apabila kita
mendapatkan atau keadaan di lapangan mengalami perpindahan punggungan, memotong
punggungan, menyebrang sungai (gambar 12), memotong atau masuk ke daerah lembahan dan
mengarah ke punggungan baru. Plot
daerah tersebut pada lembaran peta sebagai titik
kontrol dalam perjalanan anda.
6. PERUBAHAN ; Diharapkan selalu waspada terhadap
kondisi atau keadaan medan dan arah perjalanan anda, misal ; punggungan curam
menjadi landai, pindah punggungan, melihat atau mendapatkan percabangan sungai
dan sebagainya dan selalu di lihat perubahan tersebut di lembaran peta.
IV. KEHILANGAN ARAH
Hal-hal
yang sering kita mengalami kehilangan arah perjalanan dikarenakan ;
1. Kita bergerak terlalu cepat dalam melakukan
perjalanan.
2. Tidak sering menggunakan atau menganalisa
perjalanan yang disesuaikan dengan arah kompas dan membaca peta sebagai
pengontrol dalam perjalanan.
3. Tidak mengetahui persis titik awal
keberangakatan perjalanan di lembaran peta.
Bila
kita kehilangan arah, disarankan untuk :
1. Tidak panik.
2.
Berhenti melakukan perjalanan kemudian kita buka kembali lembaran peta dan
kompas, kemudian kita analisa kembali perjalanan yang telah kita lakukan dari
awal (berapa jauh kira-kira kita sudah berjalan, memotong lembah atau
punggungan, atau tetap berada di daerah punggungan, menyebrang sungai dan
lain-lain) dan kita telusuri perjalanan di peta.
3. Rundingkan arah perjalanan selanjutnya.
Agar
kita tidak kehilangan arah, disarankan selalu membuka peta dan mencocokkan
dengan arah sudut kompas perjalanan kita minimal dalam setiap perjalanan
melakukan pengontrolan setiap 30 menit sekali atau ada tanda medan yang
dapat digunakan untuk orientasi.
“Jangan malas membuka peta dan
memakai kompas”
V. MEDAN TIDAK SESUAI DENGAN DI
LEMBARAN PETA
Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan
“petanya salah!”
Memang banyak sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai atau aliran air itu kering pada saat musim kemarau atau panas, hanya ada airnya apabila di musim hujan.
Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang atau baru dan sebagainya.
Bila melihat ada ketidak sesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, jangan terpaku pada satu keadaan yang “tidak ada di lembaran peta” sehingga bisa melupakan banyak hal lain yang memang ada di lembaran peta.
Apabila
banyak ketidak sesuaian antara di lapangan dengan di lembaran peta, kemungkinan
besar kita salah mengikuti punggungan atau lembahan, menyusuri sungai yang
salah, atau salah dalam penetapan TITIK
AWAL perjalanan.
Peta topografi skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 umumnya cukup teliti.
Peta topografi skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 umumnya cukup teliti.
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN
PETA-KOMPAS HANYA DAPAT DIKUASAI DENGAN BANYAK BERLATIH DI LAPANGAN
dari berbagai sumber
by budi stones