Jumat, 16 Maret 2012

NAVIGASI ; teknik baca peta-kompas


I. UTARA PETA
Utara Peta adalah bagian atas dari tulisan, yaitu :
1. Legenda peta atau keterangan yang dicantumkan di tepi peta.
2. Tulisan nama-nama gunung, kota, desa dan nama-nama lainnya yang tegak lurus dengan lembaran peta.

Untuk penulisan yang tertera di lembaran peta yang dicetak miring seperti angka ketinggian (angka kontur) menunjukkan ke arah yang lebih tinggi, gambar 1

gambar 1. angka-angka garis kontur yang menunjukkan ke arah dataran yang lebih tinggi.

dan nama-nama sungai, gambar 2Sungai Ci Paranggong yang mengalir dari arah barat ke timur bertemu dengan Sungai Ci Banangar kemudian bertemu lagi dengan Sungai Ci Kahuripan yang mengalir dari utara ke selatan, sehingga ketiga sungai tersebut menjadi satu yang mengalir ke arah selatan. 

Cara menentukan arah aliran sungai (dari hulu ke hilir) adalah dengan cara melihat garis aliran sungai yang memotong garis kontur.
Contoh ; nama Sungai Ci Kahuripan berada di ketinggian 1.200 m dpl, nama Sungai Ci Paranggong berada di ketinggian 1.550 m dpl dan nama Sungai Ci Banangar berada di ketinggian 1.100 m dpl.


gambar 2. pertemuan aliran 3 anak sungai ; Ci kahuripan, Ci Paranggong dan Ci Banangar.

II. ORIENTASI ; Teknik Peta - Kompas
Sebelum kita melakukan suatu perjalanan ke suatu daerah alangkah baiknya kita mempelajari terlebih dahulu wilayah yang akan kita tuju dengan mengamati dan menganalisa nama-nama daerah, jalan setapak, jalan makadam, jalan-jalan raya, sungai dan lain-lain pada lembaran peta daerah operasi/perjalanan yang akan kita lewati. Sehingga pada saat berada di wilayah tersebut tidak akan mengalami kesulitan.

Beberapa tanda medan yang terbaca di peta, dan  disesuaikan dengan medan sebenarnya.
1. Puncak gunung atau bukit, punggungan gunung, lembah antara dua puncak, dan bentuk bentuk tonjolan lain yang mencolok.
2. Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai dengan jalan, kelokan sungai yang tajam, tebing-tebing di tepi sungai.
3. Belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.
4. Bila beroperasi di pantai ; muara sungai dapat menjadi tanda medan yang amat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk atau lengkungan yang mencolok, pulau-pulau kecil di laut, delta, muara-muara sungai kecil.
5. Untuk di daerah datar atau rawa-rawa kita bisa menggunakan tanda medan berupa kelokan sungai, percabangan sungai, muara-muara sungai kecil.
6. Dalam penyusuran di sungai tanda medan yang bisa sebagai titik kontrol adalah belokan sungai, cabang sungai, tebing-tebing, delta dan lain-lain bisa dijadikan sebagai tanda medan yang jelas.

Contoh gambar antara gambar kontur di lembaran peta dengan bentuk yang sebenarnya di lapangan yang bisa kita sebut sebagai tanda medan, yang selanjutnya bisa kita pergunakan sebagai titik kontrol perjalanan kita.

gambar 3. aliran air anak sungai masuk ke danau/situ.

gambar 4. aliran air anak sungai yang mengalir ke luar dari danau/situ.

gambar 5. terpisahnya aliran anak sungai menjadi 2 anak sungai yang berlokasi di dasar lembahan.

gambar 6. pertemuan 2 anak sungai yang berlokasi di dasar lembahan.

gambar 7. persimpangan antara jalan makadam dan jalan setapak.

gambar 8. persimpangan jalan makadam.

gambar 9. pertemuan 2 jalan setapak.

gambar 10. pertemuan jalan setapak dengan jalan makadam.

gambar 11. Jalan berbelok.

gambar 12. perpotongan antara jalan setapak dengan sungai, dimana di loksai tersebut tidak ada jembatan penyebrangan.

gambar 13. daerah rawa-rawa.

Dalam melakukan perjalanan atau operasi lainnya hal yang paling penting yang harus diingat dan dilakukan terlebih dahulu adalah TITIK AWAL (titik start) dimana kita akan melakukan perjalanan, karena titik awal ini adalah sebagai penentu arah tujuan kita dalam melakukan perjalanan.

Sebelum melakukan perjalanan, kita perlu mengenali tanda-tanda medan di daerah yang akan kita tuju. Biasanya kita bertanya pada penduduk setempat nama-nama puncak gunung, nama bukit, nama sungai, nama-nama daerah dan sebagainya di dekitar daerah tersebut yang kemudian kita cocokkan dengan lembaran peta yang kita bawa, sehingga akan memudahkan kita untuk melakukan orientasi, yaitu :


1. Mencari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok.
2. Lembaran peta diletakkan pada bidang datar.
3. Menyamakan utara peta dan utara kompas (letak lembaran peta sudah sesuai dengan bentang alam).
4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol di sekitar tempat kita berdiri. Temukan tanda medan tersebut pada lembaran peta (seperti aliran sungai, nama daerah atau desa, jalan makadam, jalan setapak). Lakukan untuk beberapa tanda medan yang jelas, lalu coba cari tanda-tanda medan yang tidak menonjol tetapi penting pada saat pergerakan perjalanan di daerah yang dilewati nanti.

5. Ingatlah tanda-tanda medan itu, bentuk, tempat di lapangan ataupun di lembaran peta.
6. Selalu mengingat hal-hal yang khas pada setiap tanda medan.

Setelah melakukan orientasi, kenali tanda medan di sekitar daerah perjalanan kita. Jadikan tanda-tanda tersebut sebagai pedoman dalam perjalanan.
Lakukan teknik Orientasi beberapa kali dari tempat yang berbeda-beda, suatu bentuk atau bentang alam bisa berubah bila dilihat dari arah yang berbeda.

III. TEKNIK MEMBACA PETA
Dalam teknik membaca peta kita sudah dapat menguasai pengetahuan dasar tentang peta topografi (utara peta, skala peta, kontur, koordinat, tanda-tanda pengenal seperti ; nama daerah, nama sungai dan lain-lain) dan sudah dapat membaca peta (punggungan, sungai, lembah, daerah datar, daerah landai, menghitung ketinggian tempat dan sebagainya) gambar 14 - 18.

gambar 14. puncak bukit atau gunung.

gambar 15. jalan setapak yang mengikuti arah punggungan.

gambar 16. titik rendah antara dua titik atau lebih dari tempat yang lebih tinggi (saddle).

gambar 17. jalan setapak yang berada di sisi bukit terjal.

gambar 18. pertemuan antara sungai dan anak sungai.

Teknik membaca peta ini adalah untuk memudahkan kita dalam melakukan orientasi dimana pada saat kita berada di lapangan sangat sulit untuk melakukan Resection, karena jarak pandang yang terbatas yang disebabkan oleh kabut yang tebal atau hujan lebat.

Prinsip Teknik Membaca Peta adalah dengan menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan teknik orientasi, yaitu dengan cara :

1. TITIK AWAL ;   Kita harus mengetahui betul titik awal perjalanan (misal di desa tertentu nama desa tersebut ada dan tertera di lembaran peta, persimpangan antara jalan dan sungai yang jelas (gambar 8, 9, 10), persimpangan jalan makadam (gambar 7, 8)dan lain-lain yang antara di lapangan dan di lembaran peta tertera dengan jelas). Kemudian Plot  titik tersebut di lembaran peta dan tulis koordinat titik tersebut.
2. TANDA MEDAN ; Gunakan selalu tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, daerah aliran sungai yang berada di sebelah kiri atau kanan perjalanan kita, tebing-tebing dan sebagainya) sebagai pedoman arah perjalanan.
3. ARAH KOMPAS ; Gunakan selalu kompas untuk melihat arah perjalanan atau pergerakan kita. Apakah arah perjalanan kita sesuai dengan arah punggungan, aliran sungai, lembahan yang sebelumnya sudah kita pelajari dan analisa arah perjalanan kita.
4. TAKSIR JARAK ; Hitung atau taksir berapa jauh kita sudah melakukan perjalanan dengan menaksir tiap bagian perjalanan. Untuk hal ini kita harus berhenti dan mengamati ke belakang dan kemudian kita menaksir jarak yang sudah kita tempuh. Jangan harap taksiran kita itu pasti, perbedaan 100-250 meter jarak perjalanan kita kalau kita terapkan atau dihitung di peta hanya 0,5 – 1 cm pada peta topografi ber-skala 1 : 25.000 atau 2 – 5 mm pada peta topografi ber-skala 1 : 50.000.
5. ORIENTASI ; Lakukan teknik orientasi apabila kita mendapatkan atau keadaan di lapangan mengalami perpindahan punggungan, memotong punggungan, menyebrang sungai (gambar 12), memotong atau masuk ke daerah lembahan dan mengarah ke punggungan baru. Plot daerah tersebut pada lembaran peta sebagai titik kontrol dalam perjalanan anda.
6. PERUBAHAN ; Diharapkan selalu waspada terhadap kondisi atau keadaan medan dan arah perjalanan anda, misal ; punggungan curam menjadi landai, pindah punggungan, melihat atau mendapatkan percabangan sungai dan sebagainya dan selalu di lihat perubahan tersebut di lembaran peta.

IV. KEHILANGAN ARAH
Hal-hal yang sering kita mengalami kehilangan arah perjalanan dikarenakan ;
1. Kita bergerak terlalu cepat dalam melakukan perjalanan.
2. Tidak sering menggunakan atau menganalisa perjalanan yang disesuaikan dengan arah kompas dan membaca peta sebagai pengontrol dalam perjalanan.
3. Tidak mengetahui persis titik awal keberangakatan perjalanan di lembaran peta.

Bila kita kehilangan arah, disarankan untuk :
1. Tidak panik.
2. Berhenti melakukan perjalanan kemudian kita buka kembali lembaran peta dan kompas, kemudian kita analisa kembali perjalanan yang telah kita lakukan dari awal (berapa jauh kira-kira kita sudah berjalan, memotong lembah atau punggungan, atau tetap berada di daerah punggungan, menyebrang sungai dan lain-lain) dan kita telusuri perjalanan di peta.
3. Rundingkan arah perjalanan selanjutnya.

Agar kita tidak kehilangan arah, disarankan selalu membuka peta dan mencocokkan dengan arah sudut kompas perjalanan kita minimal dalam setiap perjalanan melakukan pengontrolan setiap 30 menit sekali atau ada tanda medan yang dapat digunakan untuk orientasi.

“Jangan malas membuka peta dan memakai kompas”

V. MEDAN TIDAK SESUAI DENGAN DI LEMBARAN PETA
Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan “petanya salah!”

Memang banyak sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai atau aliran air itu kering pada saat musim kemarau atau panas, hanya ada airnya apabila di musim hujan.
Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang atau baru dan sebagainya.

Bila melihat ada ketidak sesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, jangan terpaku pada satu keadaan yang tidak ada di lembaran peta sehingga bisa melupakan banyak hal lain yang memang ada di lembaran peta.

Apabila banyak ketidak sesuaian antara di lapangan dengan di lembaran peta, kemungkinan besar kita salah mengikuti punggungan atau lembahan, menyusuri sungai yang salah, atau salah dalam penetapan TITIK AWAL perjalanan.

Peta topografi skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 umumnya cukup teliti.

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETA-KOMPAS HANYA DAPAT DIKUASAI DENGAN BANYAK BERLATIH DI LAPANGAN

dari berbagai sumber
by budi stones

Kamis, 01 Maret 2012

NAVIGASI ; koordinat geografi

Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di Bumi berdasarkan garis khayal, yaitu garis khayal lintang (latitude)dan garis khayal bujur (longitude).



gambar 1. rupa garis khayal pembagian garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude)

1. Garis lintang (North Latitude, South Latitude)
sumber wikipedia
gambar Peta Bumi yang menunjukkan garis lintang yang pada proyeksi ini lurus horizontal, namun sebenarnya melingkar dengan radius yang berbeda-beda.


Dalam geografi, garis lintang adalah garis khayal yang digunakan untuk menentukan lokasi di Bumi terhadap garis khatulistiwa (utara atau selatan). Posisi lintang merupakan penghitungan sudut dari 0° di khatulistiwa sampai ke +90° di kutub utara dan -90° di kutub selatan. Lintang di sebelah utara khatulistiwa diberi nama Lintang Utara (LU), lintang di sebelah selatan khatulistiwa diberi nama Lintang Selatan (LS). Lintang Utara dan Lintang Selatan menyatakan besarnya sudut antara posisi lintang dengan garis Khatulistiwa. Garis Khatulistiwa sendiri adalah lintang 0 derajat.

Pembagian
Setiap derajat (°) lintang dibagi menjadi 60 menit (‘) (satu menit lintang mendekati satu mil laut atau 1852 meter, yang kemudian dibagi lagi menjadi 60 detik (“). Untuk keakurasian tinggi detik digunakan dengan pecahan desimal.

2. Garis bujur (East Longitude, West Longitude)
Sumber wikipedia

gambar 2. Peta Bumi, memperlihatkan garis-garis bujur, yang nampak melengkung dan vertikal pada proyeksi ini, namun sebenarnya garis-garis bujur tersebut merupakan setengah dari sebuah lingkaran besar bumi.

gambar tiap lokasi di bumi dapat dinyatakan dengan garis bujur (tegak) dalam satuan derajad (yaitu letak timur atau barat dari garis 0° Greenwich (kota London)


Garis Bujur menggambarkan lokasi sebuah tempat di timur atau barat Bumi dari sebuah garis utara-selatan yang disebut Meridian Utama. Longitude diberikan berdasarkan pengukuran sudut yang berkisar dari 0° di Meridian Utama ke +180° arah timur dan −180° arah barat. Tidak seperti lintang yang memiliki ekuator sebagai posisi awal alami, tidak ada posisi awal alami untuk bujur. Pada 1884, Konferensi Meridian Internasional mengadopsi meridian Greenwich sebagai Meridian utama universal atau titik nol bujur.

Garis bujur di sebelah barat Meridian diberi nama Bujur Barat (BB), demikian pula bujur di sebelah timur Meridian diberi nama Bujur Timur (BT). Bujur Barat dan Bujur Timur merupakan garis khayal yang menghubungkan titik Kutub Utara dengan Kutub Selatan bumi dan menyatakan besarnya sudut antara posisi bujur dengan garis Meridian. Garis Meridian sendiri adalah bujur 0 derajat.

Garis lintang yaitu garis vertikal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan garis katulistiwa. Titik di utara garis katulistiwa dinamakan Lintang Utara sedangkan titik di selatan katulistiwa dinamakan Lintang Selatan.
Garis bujur yaitu horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan titik nol di Bumi yaitu Greenwich di London Britania Raya yang merupakan titik bujur 0° atau 360° yang diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur. Suatu titik di Bumi dapat dideskripsikan dengan menggabungkan kedua pengukuran tersebut.



Koordinat Geografi (Geographical Coordinate)
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur yang tegak lurus terhadap khatulistiwa dan garis lintang yang sejajar dengan garis khatulistiwa, selanjutnya dihitung bujur dan lintangnya, dengan penulisan dddomm’ss” (derajat, menit, detik).


Cara penentuan Koordinat Geografis
1. Penghitungan untuk mendapatkan koordinat Peta



Contoh Ditanyakan  :     koordinat titik puncak 1814
Peta diterbitkan     :     BAKOSURTANAL
Skala Peta              :     1 : 25.000


a. Langkah penghitungan, tetapkan ;
* Garis bujur pertama sebelah kiri titik terbaca          : 107o 23’ 00” BT
* Garis bujur kedua sebelah kanan titik terbaca          : 107o 23’ 30” BT
* Garis lintang pertama sebelah atas titik terbaca       : 07o 08’ 00” LS
* Garis lintang kedua sebelah bawah titik terbaca       : 07o 08’ 30” LS 


b. Hitung jarak ;
jarak a (jarak dari garis bujur pertama sebelah kiri titik terbaca ke titik puncak 1814
= 26,5 mm (absis X)

jarak b (jarak dari garis lintang pertama sebelah atas titik terbaca ke titik puncak 1814)
= 31,5 mm (absis Y)

jarak c (jarak dari garis lintang pertama sebelah atas titik terbaca ke garis lintang kedua sebelah bawah titik terbaca)
= 37 mm (absis Y)

jarak d (jarak dari garis bujur pertama sebelah kiri titik terbaca ke garis bujur kedua sebelah kanan titik terbaca)
= 37 mm (absis X)




gambar 3. penghitungan jarak dari Garis Bujur Pertama Sebelah Kiri Titik Terbaca dan Garis Lintang Pertama sebelah atas titik tersebut terbaca.


dengan menggunakan penghitungan ; 





maka ;





sehingga didapatkan koordinat titik puncak 1814 adalah :
07o 08’ 13,1” LS
107o 23’ 21,5” BT


2. Penghitungan pengeplotan dari koordinat ke peta (penentuan titik plot di peta)

contoh : diketahui koordinat
07o 08’ 25,8” LS
107o 22’ 47,8” BT
Langkah pengerjaan ;
1. Cari dan tetapkan di lembaran peta Garis bujur pertama sebelah kiri titik terbaca ; 107o 22’ 30” BT dan  Garis lintang pertama sebelah atas titik terbaca ; 07o 08’ 00” LS

2. Dengan menggunakan penghitungan ;



e” = adalah 47,8” BT karena setiap masing-masing jarak garis lintang dan masing-masing jarak garis bujur mempunyai jarak per 30”, maka angka detik 47,8” harus dikurangi 30” terlebih dahulu, sehingga di dapat e” untuk BT-nya adalah 17,8” (47,8” – 30” = 17,8”)

f” = adalah 25,8” LS

maka ;


hasil penghitungan di atas, kemudian diplotkan ke lembaran peta yang telah ditentukan garis bujur pertama sebelah kiri ; 107o 22’ 30” BT yaitu dengan jarak 21,9 mm dan garis lintang pertama sebelah atas titik terbaca ; 07o 08’ 00” LS yaitu dengan jarak 31,8 mm, sehingga didapatkan posisi (koordinat 07o 08’ 25,8” LS ; 107o 22’ 47,8” BTkita di peta.



gambar 4. pengeplotan ke peta pada jarak terhitung dari Garis Bujur Pertama Sebelah Kiri Titik Terbaca dan Garis Lintang Pertama sebelah atas titik terbaca. 

dari berbagai sumber
by budi stones