Selasa, 28 Februari 2012

SEARCH AND RESCUE (SAR) gunung hutan


SAR adalah suatu pengerjaan dari personil dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong dengan cara yang efektif dan efisien jiwa manusia dan sesuatu yang berharga, yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan.

Dari sudut pandang operasional SAR diaktifkan bila diterima informasi bahwa :
1.  Muncul suatu keadaan darurat atau mungkin akan muncul.
2. Tidak diaktifkan kembali operasi SAR bila korban atau sesuatu yang berharga yang berada dalam keadaan bahaya dibebaskan dalam komposisi terawat atau beteul-betul aman, ketika tidak memungkinkan lagi munculnya keadaan darurat, atau ketika tidak lagi diharapkan pertolongan.
Maka dari keseluruhan sistem SAR untuk mengatasi problem atau masalah SAR maka dapat digambarkan secara menyeluruh, yaitu :
1.  Dengan cepat dapat dimengerti oleh seseorang yang masih awam dalam bidang SAR.
2.  Secara logika dapat dilaksanakan oleh pasukan operasi SAR selama dituntut adanya misi SAR.
1. Tahapan SAR
Untuk mempermudah misi SAR, suatu kegiatan operasional SAR dibagi ke dalam tahapan-tahapan, yaitu sebagai berikut :

1.1. Tahap Kekhawatiran (awareness stage)
yaitu kekhawatiran bahwa keadaan darurat mungkin akan muncul, termasuk di dalamnya penerimaan informasi keadaan darurat yang datang dari perseorangan atau organisasi atau instansi pemerintahan.

1.2. Tahap Kesiapan (initial action stage)
yaitu aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya :
-          Mengevaluasi dan mengklarifikasi informasi yang didapat.
-          Menyiapkan fasilitas SAR
-          Pencarian awal dengan komunikasi
-          Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan.

1.3. Tahap Perencanaan (planning stage)
yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif, termasuk didalamnya :
-          Perencanaan pencarian dan dimana sepatutnya dilaksanakan.
-          luas daerah search area.
-          tipe pola pencarian.
-          Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir.
-          Perencanaan pencarian optimum.
-          Perencanaan pencarian yang dapat dicapai.
-          Memilih metoda pertolongan yang terbaik.
-          Memilih titik pembebasan/delivery point yang aman bagi korban.

1.4. Operation Stage
- melakukan briefing kepada unit-unit SAR pelaksana.
- memberangkatkan atau mengirim fasilitas SAR.
-  SAR bergerak ke lokasi kejadian.
- melakukanoperasi pencarian di lokasi kejadian.
- melakukan penggantian atau penjadwalan unit-unit SAR di loksai kejadian.
- menolong dan menyelamatakan korban.
- memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan.
- melaksanakan debriefing kepada unit-unit SAR pelaksana.

1.5. Tahap akhir (mision conclution stage)
yaitu gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula, termasuk didalamnya :
-         -  Kembali ke Base Camp
-        -   Re-covery
-          - Memuat dan mengatur kembali perlengkapan
-          - Menyiapakan unit pelaksana yang akan kembali
-          - Membuat dokumentasi SAR

2. Komponen SAR
5 komponen fungsional SAR :

2.1. Organisasi
Yaitu memberikan ketentuan pembagian wilayah dari tanggung jawab perkoordinasian SAR dan untuk pemusatan serta kemampuan koordinasi untuk dapat menjamin efektivitas penggunaan fasilitas yang dapat dipakai dalam bentuk misi SAR.


gambar 1.

2.1.1. SC (SAR COORDINATOR)
Sebagai penanggung jawab adalah seorang pejabat wilayah atau daerah tanggung jawab Kantor Koordinasi Rescue atau Sub Koordinasi Rescue yang karena jabatannya, fungsi dan wewenangnya dapat memberi dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan  organisasi SAR.
Fungsi dari SC adalah :
a. Mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa mempunyai anggota yang cukup selama berlangsungnya operasi.
b.  Mengatur  hubungan kerja dengan berabagai instasni baik pemerintahan maupun swasta.
c.  Menjamin bahwa operasi SAR yang dilakukan telah didokumentasikan.
d.  Membuat laporan situasi selama berlangsungnya operasi  SAR dan membuat laporan lengkap setelah berakhirnya operasi SAR.

2.1.2. SMC (Search Mission Coordinator)
Adalah menjadi tanggung jawabnya  untuk :
a.  Memperoleh semua keterangan mengenai keadaan gawat darurat.
b.  Memplot daerah operasi pncarian, menentukan cara dan fasilitas yang akan digunakan.
c.  Membagi daerah pencarian.
d.  Mengadakan briefing  dan debriefing pada personil SAR.
e.  Mengadakan evaluasi semua laporan darimana pun sumbernya.
f.   Mengatur penyaluran perbekalan untuk membantu para korban.
g.  Mencatat secara kronologis dan cermat mengenai semua kegiatan opersional SAR, termasuk :
-    daerah operasi pencarian.
-    laporan mengenai apa yang dilihat/didengar, tindakan yang diambil serta hasil yang dicapai.
-    membuat laporan harian tentang evaluasi kemajuan yang dicapai dan kemungkinan ditentukan sasaran pencarian.
h.  Membuat laporan secara teratur kepada SC dan apabila perlu kepada masyarakat.
i.   Menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu.
j.   Membuat laporan terakhir perihal hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.

2.1.3. OSC (On Scene Commander)
Adalah unit SAR yang mengenadalaikan pelaksanaan SAR yang berada di daerah pencarian, mengatur dan mgendalikan unit-unit SAR yang ada. Adapun OSC bertanggung jawab langsung kepada SMC.

2.1.4. SRU (Search Rescue Unit)
Yaitu setiap unsur SAR yang mempunyai cukup banyak tenaga pelaksana untuk melakukan fungsinya seefisien mungkin, seluruh anggota pelaksana harus mempunyai kondisi fisik yang baik, mengenal medan, dan mempunyai pengetahuan paling sedikit tentang Peta dan Kompas (Navigasi) dan Penanganan Gawat Darurat.

2.2. Fasilitas SAR (SAR Unit/SRU)
SRU adalah unit-unit yang melakukan operasi SAR di lokasi musibah/bencana, SRU terbagi menjadi tiga macam matra yaitu: SRU Laut seperti kapal dan rubber boat; SRU Udara seperti pesawat udarahelikopter; dan SRU Darat seperti Rescue Jeep, Rescue Truck dan ambulan.
2.3. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk pertukaran informasi dalam kegiatan operasi SAR. Peralatan komunikasi yang digunakan seperti radion HF/VHF, telepon, INMARSAT, dan Beacon
2.4. Pelayanan darurat
Adalah komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara, termasuk pemberian bantuan medis kepada korban di lokasi musibah sampai ke tempat penampungan/perawatan yang lebih memadai. Yang termasuk komponen ini adalah: posko-posko medisdokterparamedis, obat-obatan, dan rumah sakit.
2.5. Dokumentasi
Adalah komponen berupa pendataan laporan atau kegiatan termasuk semua data yang diterima pada tahap kekhawatiran sampai tahap akhir dan biasanya didukung dengan data visual berupa foto/rekaman gambar seperti peta udara, laut dan topografi, analisa serta data-data seperti data kapal, data pesawat, dan manifes. Data-data ini akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta meningkatkan kemampuan operasi.

3. TEKNIK PENCARIAN

Perlunya Cepat Tanggap dalam suatu Operasi SAR
Faktor-faktor yang mempersulit dalam pencarian, yaitu :
1.    Sangat cepatnya area pencarian yang potensial meluas (lihat gambar 1.)
2.    Meningkatnya kesulitan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi (lihat gambar 2.)



gambar 2.

Titik dimana survivor terakhir diketahui, merupakan titik awal yang lebih baik untuk menentukan area pencarian potensial. Walaupun nantinya akan mengarah kepada langkah awal yang salah, tetapi itulah satu-satunya jalan yang dapat dilakukan untuk mencegag meluasnya area pencarian. Makin sempit area pencarian, makin mudah kita membatasi atau memblok dan melakukan pencarian.

Apabila survivor mempunyai waktu untuk menempuh jarak 10 km, area pencarian menjadi 314 km2. Dalam keadaan medan tertentu dimana untuk 1 km2 area pencarian diperlukan 30 orang pencari untuk 1 hari pencarian, maka sangat sulit untuk menyiapkan jumlah pencari yang dibutuhkan untuk area seluas itu.


gambar 3.

Kesulitan pencarian meningkat secara cepat, sampai survivor tidak mampu bergerak atau berjalan. Setelah itu meningkat sedikit lagi baru kemudian mendatar. Survivor yang sudah tidak mampu melakukan pergerakan, masih dapat berteriak ataupun memberi respon lain atas usaha pencarian. Bila ia telah holang kesadarannya atau meninggal, ia berada pada keadaan tersulit untuk dicari, tetapi kesulitan pencarian tidak akan bertambah lagi.

3.1. TAKTIK PENCARIAN
Pencarian yang spesifik dapat bervariasi tergantung situasi tertentu, tetapi secara umum hal itu akan tercakup dalam lima mode pencarian. Empat metode (1-4) diperhitungkan untuk mencegah survivor meninggalkan area pencarian tanpa terdeteksi.

3.1.1. Preliminary Mode
Merupakan usaha-usaha untuk dapat mendapatkan inormasi awal, mengkoordinir regu-regu pencari, membentuk pos pengendali, perencanaan pencarian awal dan lain-lain.

3.1.2. Confinement Mode
Menciptakan atau membentuk garis batas (perimeter) untuk mengurung survivor di dalam area pencarian.
Metode pencarian dengan sistem Confinement Mode terbagi atas :

a. Blocking.
Yaitu tim pencari ditempatkan di jalan masuk ke area pencarian baik jalan atau jalan setapak. Mereka mencatat apabila ada orang yang ke luar dan masuk ke daerah area pencarian. Biasanya area ini ditutup untuk orang masuk (kecuali regu pencari) dan ditempatkan aparat keamanan untuk mendampingi tim. Titik-titik blocking selamanya ada yang menempati kecuali diputuskan untuk ditinggalkan.

b. Lookouts.
Yaitu menempatkan regu kecil di ketinggian untuk dapat mengawasi daerah-daerah sekitarnya (lembah, aliran sungai, dan lain-lain), untuk mendeteksi survivor bila bergerak di sekitar daerah itu. Beberapa alat bisa digunakan untuk menarik perhatian survivor seperti asap, suara peluit, sinar lampu dan lain-lain.

c. Camp-In.
Yaitu pos-pos pemantau yang didirikan pada posisi-posisi strategis (persimpangan jalan setapak, pertemuan aliran sungai, dan lain-lain). Camp-In dapat berfungsi sebgai  Lookouts, Pos relay Radio, Trail atau Road Block, dari titik  Camp-In ini juga regu pencari bisa bergerak melakukan penyapuan ke daerah sekitarnya.

d. Track Traps.
Yaitu membuat dan memanfaatkan rintangan-rintangan alam (tepian berpasir rata pada sungai, tanah lunak di jalan setapak), agar survivor yang melewati daerah tersebut dipastikan akan meninggalkan jejak. Dalam selang waktu tertentu dilakukan pemeriksaan di tempat tersebut.

e. String Lines.
Looksouts  dan  Camp-In akan lebh efektif di daerah yang cukup terbuka.
Pada daerah yang bertumbuhan rapat, akan lebih efektif jika dibuat String Line yaitu berupa tali berdiameter 2 mm, cukup kuat dan warna mencolok, dipasang setinggi dada pada garis yang ditentukan dan dikaitkan pada pohon-pohon dan kedua ujungnya ditambatkan kuat. Selain digunakan untuk Confinement, string line yang dipasangi  tags (terbuat dari kertas plastik atau kain yang mencolok warnanya) dapat memberikan petunjuk pada survivor untuk menuju ke tempat yang aman.
String Line juga berfungsi untuk mebagi-bagi area pencarian dan digunakan sebagai garis batas sektor pencarian.

Ada dua hal yang menguntungkan dengan membentuk sektor-sektor pencarian itu :
-  Mengurangi waktu yang diperlukan survivor untuk bergerak mencapai atau terperangkap string lines.


gambar 4.

-  Mempermudah pelaksanaan pencarian oleh regu-regu pencari, karena jelas batasan-batasannya.





gambar 5.

3.1.3. Detection Mode
Memeriksa tempat-tempat yang potensial dan menggerakkan pencarian dengan informasi penyapuan (sweep search) di dalam area pencarian potensial. Pada area tersebut diperhitungkan akan ditemukan survivor atau jejak atau sesuatu yang tercecer yang ditinggalkan survivor.
Detection Mode terbagai atas tiga kriteria pencarian, yaitu :

a. Type I Search
Yang ingin dicapai dari type ini adalah :
- Pemeriksaan sesegera mungkin atas area di mana survivor diduga kuat berada.
- Mendapatkan informasi mengenai area pencarian.

Metode ini digunakan pada :
- Tahap pencarian paling awal.
- Setiap saat untuk memeriksa apa yang tampak mencurigakan (belum dapat dipastikan) atau memeriksa ulang daerah-daerah dimana survivor diduga kuat berada.

Metodenya adalah regu kecil yang mampu bergerak cepat bergerak memeriksa jalan, jalan setapak, punggungan gunung, sepanjang aliran sungai, air terjun, tebing curam, gubuk-gubuk, hutan lebat, dan lain-lain yang mencurigakan di dalam daerah pencarian.

Jumlah anggota regu bervariasi antara 3-6 orang (minimum 3 orang dengan pertimbangan keselamatan). Meskipun tidak selalu, sewaktu-waktu anggota regu dapat bergerak melebar (bila melewati punggungan gunung yang lebar, tepi sungai yang landai). Pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk memperhatikan sekitar, memanggil survivor dan menanti kemungkinan adanya jawaban. Komandan regu harus selalu memberikan informasi perkembangan regunya, temuan jejak, dan catatan-catatan perubahan medan berdasarkan peta yang digunakan kepada SMC atau OSC.

Apabila regu pencari mendapatkan jejak atau barang tercecer segera dicatat tempat penemuan lokasi dimana jejak atau barang tersebut berada.
Bila SMC atau OSC memerintahkan untuk membawa barang tersebut, maka sebuah marker harus ditempatkan di lokasi penemuan. Hal ini untuk mempermudah regu pencari lainnya menemukan lokasi itu.

gambar 6.

Kesalahan pada umumnya terjdai dengan gerak pencarian berjajar (menyapu), terutama bila gerak berpatokan pada Control Line adanya daerah yang overlap (tumpang tindih) atau tidak tersapu. Fungsi dari ribbon (pita dengan warna yang mencolok) berfungsi sebagai patokan penyapuan sisi terluar apabila penyapuan dilakukan bolak-balik.

Kesalahan lain yang umumnya terjadi adalah para pencari tidak dapat menjaga jarak penyapuan, terutama bila jumlah anggota regu lebih dari 5 orang, bahkan bisa saja jarak antar penyapu akan semakin mendekat dan akhirnya menyatu, untuk mengatasi hal ini komandan regu bertugas mengawasi di belakang pencari.

b. Type II Search
Sasarannya adalah pencarian yang cepat pada seluruh area yang terdeteksi, dan digunakan pada :
-   Tahap awal operasi pencarian terutama jika jangka waktu orang yang hilang untuk bertahan hidup sangat pendek.
-   Situasi dimana search area  luas, tidak ada area-area khusus yang bisa diidentifikasi, dan apabila kekurangan tenaga untuk bisa meliput seluruh area.

Metode pencaraian yaitu dengan jarak yang lebar di antara pencari. Walaupun metode ini tidaklah secermat sebagaimana bila jarak di antara pencari lebih sempit, cara ini lebih sempit, cara ini lebih efisien (akan menghasilkan pencapaian yang lebih besar dari kemampuan kerja pencari per jam dari waktu pencarian).

Jumlah angota team 3-7 orang. Jarak penyapuan yang lebar dapat dilaksanakan sempurna oleh tim yang terdiri dari 3 orang dengan sudut kompas sejajar.

gambar 7.

Bila jumlah anggota tim lebih dari lima orang, umumnya akan lebih bijaksana memiliki pemimpin tim yang bergerak menyamping jauh selebar jarak penyapuan, tugasnya adalah untuk :
-      memperhatikan apakah pemegang kompas (compas man) dapat menjaga sudut kompas yang sejajar.
-         Mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan.
-         Memeriksa penemuan-penemuan.

Apabila seorang anggota tim menemukan sesuatu atau mendapat kesulitan dalam menembus kerimbunan hutan, maka ia harus berteriak “HALT(berhenti), pemimpin tim leader akan memeriksa apa yang menjadikan alasan untuk berhenti dan akan memberi perintah untuk bergerak kembali bila setiap anggota tomnya sudah siap.

Adalah merupakan prinsip umum gerak berjajar ini, bahwa setiap anggota tim boleh berteriak “HALT”, tetapi hanya tim leader yang boleh memerintahkan tim bergerak kembali.”

Umumnya Type II Search digunakan untuk memeriksa sungai-sungai/parit. Di daerah yang berhutan lebat, sungai-sungai kecil merupakan jalan yang lebih mudah untuk ditembus oleh subjek dibandingkan dengan belukar di sekitarnya.


gambar 8.

Perintah guide right  atau guide left digunakan untuk memberitahu anggota team ke orang mana di harus berposisi (ke sebalah kiri atau kanan). Pada gambar 8, orang no. 2 dan no. 3 mengikuti aliran sungai (control line), orang no. 1 guiding right (berpatokan pada orang yang di sebelah kanan), orang no. 5 berpatokan pada no. 4, no. 4 berpatokan pada orang no. 3 (guiding left).

Perintah shift right atau sift left digunakan untuk memberitahu anggota-anggota team yang harus bergerak ke arah kiri atau kanan selama pergerakan.

Adapun penyapuan sejajar dengan menggunakan sudut kompas (guide compas) untuk mengontrol pergerakan.


gambar 9.

c. Type III Search
Suatu pencarian yang cermat atas area yang spesifik. Metode ini digunakan bila bila area pencarian terbatas dan tersedia tenaga pencari cukup banyak.
Pada dasarnya type ini sama dengan type II, hanya jarak antara pencari lebih pendek dan jumlah pencari bervariasi 5-9 orang.

3.1.4. Tracking Mode
Melacak jejak atau sesuatu yang ditinggalkan survivor. Pada umumnya dilakukan dengan :
-          -  Anjng pelacak.
-          -  Orang yang terlatih dalam mencari dan mengikuti jejak.


     Pada umumnya regu-regu pencari (SRU) jarang terlibat dalam tahapan ini, untuk menghindari terhapusnya atau rusaknya jejak.

3.1.5. Evacuation Mode
Memberikan perawatan pertama dan membawa lost person ke titik penyerahan (untuk perawatan lebih lanjut) bila diperlukan.


4. EVAKUASI
Tiga hal pokok yang harus dilakukan regu pencari yang berhasil menemukan survivor, yaitu :
1. Segera memberikan pertolongan pertama bila diperlukan.
2. Meyakinkan survivor bahwa ia akan selamat karena telah berhasil ditemukan.
3. Melaporkan ke Base Camp tentang kondisi dan lokasi ditemukannya survivor.

Adapun kemungkinan kondisi survivor pada saat ditemukan :
1. Cedera, diluar kemampuan survivor menolong dirinya sendiri.
2. Cedera ringan yang hanya membutuhkan sedikit bantuan.
3. Meninggal dunia.

Evakuasi survivor hanya diputuskan oleh SMC atau OSC.



gambar 10.



gambar 11.



gambar 12.



gambar 13.



gambar 14.


gambar 15


dari berbagai sumber
by budi stones

Jumat, 24 Februari 2012

SAR Bencana Alam

1.1. Search and Rescue
SAR adalah suatu pengerjaan dari personil dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menolong dengan cara yang efektif dan efisien jiwa manusia dan sesuatu yang berharga, yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan.

Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklus penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari pencegahan (mitigasi) , kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery) ,dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat.

1.2. Tahapan SAR
Untuk mempermudah misi SAR, suatu kegiatan operasional SAR dibagi ke dalam tahapan-tahapan yang mudah dimengerti, yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Kekhawatiran
yaitu kekhawatiran bahwa keadaan darurat mungkin akan muncul, termasuk di dalamnya penerimaan informasi keadaan darurat.

b. Tahap Kesiapan
yaitu aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya :
- Mengevaluasi dan mengklarifikasi informasi yang didapat.
- Menyiapkan fasilitas SAR
- Pencarian awal dengan komunikasi
- Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan.

c. Tahap Perencanaan
yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif, termasuk didalamnya :
- Perencanaan pencarian dan dimana sepatutnya dilaksanakan.
- Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir.
- Perencanaan pencarian optimum
- Perencanaan pencarian yang dapat dicapai
- Memilih metoda pertolongan yang terbaik
- Memilih titik pembebasan/delivery point yang aman bagi korban

d. Operation Stage
- SAR bergerak ke lokasi kejadian
- melakukan pencarian
- menolong dan menyelamatakan korban
- memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan

e. Tahap akhir
yaitu gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula, termasuk didalamnya :
- Kembali ke Base Camp
- Re-covery
- Memuat dan mengatur kembali perlengkapan
- Menyiapakan unit pelaksana yang akan kembali
- Membuat dokumentasi SAR


1.3. Komponen SAR
5 komponen fungsional SAR :
A. Organisasi
Yaitu memberikan ketentuan pembagian wilayah dari tanggung jawab perkoordinasian SAR dan untuk pemusatan serta kemampuan koordinasi untuk dapat menjamin efektivitas penggunaan fasilitas yang dapat dipakai dalam bentuk misi SAR.


1. SC (SAR COORDINATOR)
Sebagai penanggung jawab adalah seorang pejabat wilayah atau daerah tanggung jawab Kantor Koordinasi Rescue atau Sub Koordinasi Rescue yang karena jabatannya, fungsi dan wewenangnya dapat memberi dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan organisasi SAR.

Fungsi dari SC adalah :
a. Mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa mempunyai anggota yang cukup selama berlangsungnya operasi.
b. mengatur hubungan kerja dengan berabagai instasni baik pemerintahan maupun swasta.
c. menjamin bahwa operasi SAR yang dilakukan telah didokumentasikan.
d. membuata laporan situasi selama berlangsungnya operasi SAR dan membuat laporan lengkap setelah berakhirnya operasi SAR.

2. SMC (Search Mission Coordinator)
Adalah menjadi tanggung jawabnya untuk :
a. memperoleh semua keterangan mengenai keadaan gawat darurat.
b. memplot daerah operasi pncarian, menentukan cara dan fasilitas yang akan digunakan.
c. membagi daerah pencarian.
d. mengadakan briefing dan debriefing pada personil SAR.
e. mengadakan evaluasi semua laporan darimana pun sumbernya.
f. mengatur penyaluran perbekalan untuk membantu para korban.
g. mencatat secara kronologis dan cermat mengenai semua kegiatan opersional SAR, termasuk :
- daerah operasi pencarian.
- laporan mengenai apa yang dilihat/didengar, tindakan yang diambil serta hasil yang dicapai.
- membuat laporan harian tentang evaluasi kemajuan yang dicapai dan kemungkinan ditentukan sasaran pencarian.
h. Membuat laporan secara teratur kepada SC dan apabila perlu kepada masyarakat.
i. menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu.
j. membuat laporan terakhir perihal hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.

3. OSC (On Scene Commander)
Adalah unit SAR yang mengenadalaikan pelaksanaan SAR yang berada di daerah pencarian, mengatur dan mgendalikan unit-unit SAR yang ada. Adapun OSC bertanggung jawab langsung kepada SMC.

4. SRU (Search Rescue Unit)
Yaitu setiap unsur SAR yang mempunyai cukup banyak tenaga pelaksana untuk melakukan fungsinya seefisien mungkin, seluruh anggota pelaksana harus mempunyai kondisi fisik yang baik, mengenal medan, dan mempunyai pengetahuan paling sedikit tentang Penaganan Gawat Darurat.

KOMPONEN SAR
Untuk melaksankan operasi SAR secara cepat dan efektif maka harus tersedia lima komponen SAR.
1. Organisasi
Struktur organisasi tugas terdiri atas : SAR Coordinator (SC); SAR Mission Coordinator (SMC); On-Scene Coordinator (OSC); dan SAR Unit (SRU).

2. Fasilitas SAR (SAR Unit/SRU)
SRU adalah unit-unit yang melakukan operasi SAR di lokasi musibah/bencana, SRU terbagi menjadi tiga macam matra yaitu: SRU Laut seperti kapal dan rubber boat; SRU Udara seperti pesawat udara, helikopter; dan SRU Darat seperti Rescue Jeep, Rescue Truck dan ambulan.

3. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk pertukaran informasi dalam kegiatan operasi SAR. Peralatan komunikasi yang digunakan seperti radion HF/VHF, telepon, INMARSAT, dan Beacon

4. Pelayanan darurat
Adalah komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara, termasuk pemberian bantuan medis kepada korban di lokasi musibah sampai ke tempat penampungan/perawatan yang lebih memadai. Yang termasuk komponen ini adalah: posko-posko medis, dokter, paramedis, obat-obatan, dan rumah sakit

5. Dokumentasi
Adalah komponen berupa pendataan laporan atau kegiatan, biasanya didukung dengan data visual berupa foto/rekaman gambar seperti peta udara, laut dan topografi, analisa serta data-data seperti data kapal, data pesawat, dan manifes. Data-data ini akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta meningkatkan kemampuan operasi.


STANDAR PERLENGKAPAN RELAWAN


Perlengkapan Pribadi Tim Relawan
1.       Ransel/Rucksack       : Ukuran minimal 60 lt.

2.       Pakaian                        :       - Pakaian Lapangan, Pakian Tidur, Pakaian Dalam
                        - Topi Lapangan
        - Sepatu Lapangan dan Kaos kaki
        - Ikat Pinggang

3.       Perlengkapan Tidur                     :       - Matras
                                                                        - Sleeping Bag
                                                                        - Kelambu Lapangan (opsional)

4.       Perlengkapan Makan                  :       - Alat masak lapangan dan bahan bakarnya
                                                                        - Piring, Gelas plastic, Sendok
                                                                        - Veldpless

5.       Perlengkapan Mandi                   :       - Handuk
- Sabun Desinfektan, Pasta gigi dan sikat gigi
- Shampoo

6.       Alat Bantu Pergerakan                :       - Senter, batere, dan bohlam cadangan
- Kompas/GPS
- Pisau Lipat Serbaguna
- Tali panjang 20 meter, diameter 5 mm

7.       Obat-obatan                                  :       - Obat pribadi
- First Aid Kit
- Obat malaria
- Water Purifer
- Masker dan sarung tangan

8.       Makanan                                        :       - Untuk minimal 7 hari
- Makanan siap makan
- makanan cepat saji (instant)

9.       Dokumen Pribadi                         :       - KTP/SIM/Paspor dan fotokopinya
- Uang Saku sejumlah Rp……………………….




TIPS BAGI RELAWAN
Untuk Mencegah ‘PENYAKIT’

1. Siapkan Spiritual, Fisik dan Mental.
Yakinkan anda benar-benar mau melakukan ini demi menolong dan beramal kepada sesama manusia. Karena selalu ada relawan "swasta" yang pulang kembali karena muntah2 dan kesurupan. Katanya karena diganggu roh-roh korban bencana.
2. Perlengkapan Utama Selain Keperluan Untuk Survival
[senter, pisau, korek gas, jas hujan] ialah MASKER, dan seperti kasus SARS usahakan masker standar minimal W.H.O (tipe N-95). Bukan masker kamar operasi apalagi saputangan yang dilipat seperti yang ada sekarang, bukan juga masker penggergajian kayu yang ada filternya tapi tidak efektif untuk menyaring kuman di udara. Selain itu bila akan mengevakuasi mayat, pakailah corpses gloves seperti standar petugas kamar mayat. Bukan menggunakan handschoen karet tipis (gammex) yang mudah robek, yang mestinya dipakai untuk menangani pasien hidup di RS.
3. Pakailah Topi
Kegunaan topi sangat penting untuk mencegah cipratan cairan tubuh dari tubuh mayat yang lengket dan dapat melekat pada rambut anda. Jika tidak teliti cipratan itu bisa jatuh/meleleh ke makanan saat anda makan. Akibatnya? relawan telah kena diare yang ditengarai disebabkan kuman-kuman Clostridia melalui jalan tersebut di atas.
4.Cucilah Tangan Anda Sebelum Dan Sesudah Mengangkat 1 Mayat.
Boros?  Memang, tapi kita tak ingin ada lagi para relawan yang jadi korban diare atau penyakit fatal. Gunakan sabun antiseptik seperti Lifebuoy, Nuovo atau apa pun namanya. Cuci tangan selama 5 menit. Lebih baik lagi jika ada sikat pencuci tangan seperti di kamar operasi (HIBISCRUB BRUSH) untuk menyikat bagian-bagian lipatan kulit, daerah yang sulit terjangkau dan kuku. Usahakan sabun antiseptik cair.
5. Betadine Kecil, Alkohol 70 %, Plester/Bandaid, Kasa Gulung, Daryanttulle,
Juga gunting kecil, mata pisau bedah / scalpel - bisa dibeli di Apotik-apotik- dan tali hendaknya selalu tersedia disamping air bersih pada veldples, sedikit gula dan garam, dan air mineral atau supplement elektrolit (Pocari Sweat) karena uap garam dari laut yang bercampur bau mayat merupakan racun yang membuat kita banyak kencing dan kehilangan cairan dan elektrolit. Jangan pernah meminum energy drink supplement yang dapat membuat anda tidak cukup tidur dan pada akhirnya menurunkan daya tahan dan energi anda. Segeralah tidur pada waktunya. Bersikaplah dewasa dan bertanggung jawab dalam mengemban amanah rakyat Indonesia yang ada pada pundak anda.
6. Pakai Celana Katun Bukan Jeans
Karena celana jeans berat jika kena air dan Lumpur. Kalau bahan parasut membuat sirkulasi panas tubuh dan aliran keringat tidak baik saat anda mengangkut mayat. Pakailah sepatu dan kaus kaki. Jangan enggan karena takut becek jika masuk ke lumpur, rawa dan kubangan air. Beberapa penduduk di Meulaboh telah terkena gigitan ular akibat masuk ke rawa-rawa untuk mengambil mayat tetapi tanpa alas kaki. Gigitan pacet/lintah jarang di daerah pantai (tapi harus waspada toooohhhhh). Cuci kaki dan jemur sepatu dan pakaian anda setiap hari. Membawa lebih dari 2 pasang sepatu adalah hal yang baik. Tidak harus sepatu boot (kalau ada sih mantaaap), yang penting tertutup.
7. Jika Anda Luka
Segera dicuci dengan air mineral dan sabun antiseptik, disikat dan segera lapor pada pimpinan rombongan dan dokter anda. Jika luka itu sampai mengeluarkan darah (bukan lecet), lebih baik anda menunda kerja sampai luka itu kering.
8. Jangan Gunakan Tissue Anti Nyamuk (mosquito repelllent)
Tissue Anti Nyamuk dapat menyebabkan abrasi kulit. Kalau terpaksa sekali gunakan obat nyamuk semprot/bakar, tentu dengan tetap menjaga agar asapnya tidak mengganggu saluran nafas. Di Kab. Pidie sudah dilaporkan adanya kasus Malaria!
9. Minum Obat Pencegahan Malaria yaitu Chloroquine
Nama Dagang = Nivaquine/Malarex/ Resochin sebanyak 2 tablet /minggu atau jika tidak alergi sulfa minum Fansidar (= Sulfadoxin-Pirimetamine) sebanyak 1 tablet/minggu. Obat-obatan itu diminum sejak sebelum keberangkatan, kalau bisa 1 minggu sebelumnya. Obat pencegahan malaria juga harus diminum selama di daerah itu dan sampai 1 bulan sejak pulang. Jika diduga terkena serangan malaria, gejala TRIAS yang beturut-turut = Menggigil ==>Demam==>Banyak berkeringat, segera konsultasi pada dokter anda. Jika belum sempat bertemu dokter, minum 4 tablet Chloroquine pada hari I, 2 tablet pada hari ke II dan 2 tablet pada hari ke III. Kurang lebih 1/2 jam sebelumnya minumlah paracetamol/Panadol dan Metoclopramide/Primperan 1 tablet.
10. Bawalah Obat-obatan Pribadi
Diantranya Amoksisilin, tetrasiklin, oralit, bactrim, bisolvon, benadryl, obat semprot asma dsb, agar anda tidak merepotkan anggota tim lainnya. Toh obat itu bisa dipakai oleh saudara-saudara kita korban bencana disana.



Empat kelompok kondisi korban
1. KR  = Kritis  : Perawatan  Langsung. Korban  yang  kritis  harus  diutamakan  dan secepatnya  dibawa  ke  rumah  sakit  terdekat. Perlu  dilakukan  pencatatan  indentitas dan ciri-ciri korban,  rumah sakit yang dituju dan nomor kendaraan yang mengantar.
Jika ada, bisa diberi pita atau sobekan kain berwarna merah di lengannya.

2. DR = Darurat  : Perawatan Segera. Korban yang darurat segera diberi bantuan untuk meringankan penderitaan dan secepatnya dibawa ke rumah sakit terdekat. Perlu dilakukan pencatatan indentitas dan ciri-ciri korban, rumah sakit yang dituju dan nomor kendaraan  yang mengantar.  Jika ada, bisa diberi pita atau  sobekan  kain berwarna kuning di lengannya.

3. NK = Non-Kritis : Bisa menunggu perawatan. Korban yang non-kritis sebaiknya ditempatkan  pada  tempat  terlindung  dan  diberikan  pertolongan  pertama  sebelum dicatat indentitas dan ciri-cirinya. Jika ada, bisa diberi pita atau sobekan kain berwarna biru di lengannya.

4. TH = Tanpa Harapan  : Meninggal atau  tidak bisa dirawat. Korban yang  tanpa harapan ditempatkan di lokasi khusus dan dicatat identitas serta ciri-cirinya dan apabila memungkinkan diberi perawatan kemudian. Pindahkan korban  tewas dan  tidak bisa dirawat ke tempat aman sambil menunggu angkutan ke Rumah Sakit. Jika ada, bisa diberi pita atau sobekan kain berwarna hitam di lengannya.

Nama  atau  nomor  korban  perlu  dicatat  pada  pita  atau  sobekan  kain  yang  ada  di lengan.

EVAKUASI

Ketentuan :
1.    Yakin subjek sudah dapat dievakuasi
2.    Tersedia peralatan pendukung.
3.    Tidak panik bila menghadapi masalah.
4.    Memberi keyakinan kepada subjek ---- SEGERA DAPAT PERTOLONGAN ----.
5.    Keadaan Subjek harus tetap aman dan nyaman.
6.    Dilakukan pengcekan kesehatan Subjek secara rutin.

Jenis Manual Evakuasi :
I. Evakuasi oleh 1 orang penolong.
1.  Dengan cara memanggul.
a.      Tahap kegiatan.  

1.      Pengangkut  jongkok menyisipkan tangannya di bawah ketiak korban, yang tidur terlentang.

2.      Pengangkut mengangkat korban lalu didudukkan di atas  paha penolong.
3.   Sisipkan tangan kanan pengangkut di bawah  di antara kedua kaki korban, tangan kiri menahan tangan korban kemuadian tangan kanan pengangkut memegang tangan korban.
4.      Tangan kiri pengangkut bertumpu ke tanah dan mulai berdiri
5.      Betulkan letak korban dan usahakan tulang kemaluan korban terletak di pundak penolong.
6.      Mulailah berjalan. (gambar 1.)




gambar 1.
a.      Keuntungan.
1.      Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2.      Prosedur pengangkutan sederhana sehingga dapat digunakan secara cepat.

b.      Kerugian.
1.      Jarak tempuh terbatas sampai dengan 300 m.
2.      Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang tidak rata.

c.       Larangan.
1.      Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang, cedera dada dengan gangguan pernafasan dan cedera perut dengan pendarahan hebat.
2.      Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.


2. Dengan cara memapah.
a.      Tahap kegiatan.
1.      Pengangkut berdiri di samping tungkai korban  yang sakit, sedangkan tungkai penolong disandarkan pada belakang  tungkai korban.
2.      Satu tangan penolong memegang pergelangan tangan korban lalu dirangkulkan melalui tengkuk dan dipegang.
3.      Tangan pengangkut yang lain merangkul pinggang korban dari belakang.
Kemudian korban disuruh berjalan dan penolong mengikuti (tidak boleh mendahului). (gambar 2.)

gambar 2.
a.      Keuntungan.
1.      Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan secara cepat.
2.      Jarak tempuh disesuaikan dengan kemampuan korban

b.      Kerugian.             
Tidak dapat digunakan untuk pengangkutan korban yang tidak sadar atau terlalu lemah sehingga tidak mampu berdiri

c.       Larangan.
1.      Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang.
2.      Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.



3. Dengan cara membopong.
a. Tahap kegiatan.
1.   Korban didudukkan di atas paha penolong.
2.   Pengangkut memangkunya (tangan penolong di bawah kedua paha korban sedang tangan yang lain merangkul di belakang punggung korban).
3.   Korban merangkul penolong, penolong berdiri perlahan-lahan. (gambar 3.)


gambar 3.
b. Keuntungan .
1.   Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2.   Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan secara cepat

c. Kerugian.
1.   Jarak tempuh terbatas sampai dengan 50 meter.
2.   Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang tidak rata.

d. Larangan.
Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang.



4. Dengan cara menggendong.
a. Tahap Kegiatan.
1.   Menggendong  cara biasa.  Dilakukan terhadap korban  yang  sadar dan kuat untuk memegang pengangkut, tidak ada luka di bagian depan dan tidak ada patah tulang.
2.   Menggendong cara ransel.
(a)   Gunakan dua buah kopelriem yang diperpanjang dan disambung.
(b)   Tempatkan sambungan kopel riem di bawah paha dan punggung korban pada posisi terlentang.
(c)   Buka kedua kaki korban secukupnya lalu penolong terlentang di atas korban di antara kedua kaki korban sambil memasukkan kopel ke kedua tangan penolong seperti menggendong ransel.
(d)   Pegang kedua tangan korban dilanjutkan berguling kesikap tiarap sehingga posisi korban berada di atas tubuh penolong.
(e)   Penolong lalu  berdiri selanjutnya berjalan membawa korban. (gambar 4.)

gambar 4.
b. Keuntungan.
1.   Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2.   Jarak tempuh relatif jauh sampai dengan 3000 meter

c. Kerugian.
Rawan cedera bagi pengangkut   terutama pada medan yang tidak rata.

d. Larangan.
1.   Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang, cedera dada dengan gangguan pernafasan dan cedera perut dengan perdarahan hebat.
2.   Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.



5. Memanggul korban yang tidak sadar.

gambar 5.

6. Dengan cara menyeret dan mengkait.
 

gambar 6.


II. Evakuasi oleh 2 orang penolong atau lebih.
1. Dengan cara memapah oleh 2 orang penolong.
a. Tahap kegiatan.
1. Pengangkut berdiri disamping tungkai korban yang sakit, sedangkan tungkai penolong disandarkan pada belakang tungkai korban.
2. Satu tangan penolong memegang pergelangan tangan korban lalu dirangkulkan ke tengkuk dan dipegang.
3. Tangan pengangkut yang lain merangkul pinggang korban dari belakang.
4. Kemudian korban disuruh berjalan dan penolong mengikuti (tidak boleh mendahului), (gambar 7).

            
gambar 7.
b. Keuntungan.
1. Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan secara cepat
2. Jarak tempuh relatif jauh sesuai kemampuan korban.
  
c. Kerugian.   
Tidak dapat digunakan untuk mengangkut korban yang tidak sadar atau yang sangat lemah sehingga tidak mampu berdiri.

d. Larangan.
1. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang.
2. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.



2. Dengan cara membopong oleh 2 orang penolong.
a. Tahap kegiatan.
1. Korban  dalam keadaan sadar.
2. Korban  dibaringkan terlentang
3. Penolong berdiri bersisian pada bagian anggota tubuh dari korban.
4. Aba-aba “jongkok” pengangkut berjongkok dengan patokan lutut yang di atas adalah searah kepala korban.
5. Aba-aba “pegang” pengangkut memasukan kedua tangan ke bawah tubuh korban hingga batas siku.
6. Pengangkut tertua bertanya “ siap ….? “ bila tidak ada jawaban berarti sudah siap.
7. Aba-aba “angkat” korban diangkat diletakan di atas paha penolong, sambil memperbaiki posisi tangan penolong.
8. Aba-aba “berdiri” penolong bersama-sama berdiri, sambil merapatkan tubuh korban ke badan penolong.
9. Untuk pengangkutan korban  tidak sadar atau pingsan dengan dua orang, cara berbaring sama dengan cara pertama, hanya untuk pengangkut saling berhadapan sehingga posisi korban  berada di antara kedua pengangkut. Begitu juga untuk aba-aba sama dengan pengangkutan berbaring pada korban  masih sadar, (gambar 8).


                 

gambar 8.
b. Keuntungan.
1. Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2. Prosedur pengangkutan sederhana sehingga dapat digunakan secara cepat.

c. Kerugian.
1. Jarak tempuh terbatas sampai dengan 400 m.
2. Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang tidak rata.

d. Larangan.  
Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang.



3. Dengan cara duduk oleh 2 orang penolong
a. Tahap kegiatan.
1. Korban  didudukkan, kedua penolong berlutut di belakang korban  sambil kedua lutut penolong saling merapat.
2. Kedua penolong mengangkat korban  dan mendudukkannya  di atas paha penolong.
3. Tangan penolong yang satu saling berpegangan di bawah paha korban sedang satu tangan yang lain saling berpegangan di punggung korban.
4. Mengangkat korban dan mendudukannya di atas paha penolong selanjutnya penolong berdiri dan berjalan, (gambar 9). 

        
gambar 9.
b. Keuntungan.
1. Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar
2. Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan secara cepat

c. Kerugian.
1.  Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter.
2. Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang tidak rata.

d. Larangan.
1. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang.
2. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.





4. Dengan cara duduk oleh 2 orang penolong pada lorong sempit
a. Tahap kegiatan.
1. Penolong  menempatkan diri  satu di depan dan satu di belakang korban dengan posisi awal korban dalam keadaan terlentang.
2. Aba-aba “JONGKOK” pengangkut yang dibelakang jongkok sambil mendudukkan korban, sedang penolong yang di depan jongkok menempatkan  diri diantara kedua kaki korban.
3. Aba-aba “PEGANG” pengangkut memasukan kedua tangan ke bawah ketiak dan saling berpegangan di dada korban, sedangkan pengangkut yang lain memegang kedua lutut korban.
4. Aba-aba “ANGKAT” pengangkut bersama-sama berdiri lalu berjalan, (gambar 10).



gambar 10.
b. Keuntungan.
1. Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun tidak sadar.
2. Prosedur pengangkutan sederhana sehingga dapat digunakan secara cepat.

c. Kerugian.               
Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter

d. Larangan.
1. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera tulang belakang.
2. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan patah tulang paha.



5. Dengan cara membopong oleh 3 orang penolong
a. Petunjuk.   
Pengangkutan dengan cara ini  untuk mengangkut korban dalam keadaan tak sadar.

b. Pelaksanaan.
1. Korban ditelentangkan, kedua tangan diletakkan di atas perut.
2. Ketiga penolong berjongkok di salah satu sisi korban, masing-masing di daerah dada, pinggang dan tungkai.
3. Kedua tangan para penolong diselipkan di bawah korban, masing-masing memegang punggung, panggul dan tungkai korban (paha dan betis).
4. Perlahan-lahan tubuh korban diangkat dan diletakkan di atas salah satu paha penolong (kiri semua atau kanan semua).
5. Ketiga penolong berdiri bersama-sama sambil tubuh korban dirapatkan ke dada ketiga penolong.
6. Kemudian berjalan bersama-sama dipimpin oleh yang tertua dengan langkah yang sama menuju ke tempat yang dituju.



6. Dengan cara mendudukan di 4 lengan.
gambar 11.


Berikut  ini  adalah  formulir  yang  di  gunakan  oleh OP Regu  SAR  &  Tandu  dan  Regu Pertolongan Pertama & Kesehatan untuk melakukan pemilahan korban bencana menurut kondisinya.
Dengan menggunakan formulir ini bisa ditentukan pengutamaan korban yang perlu di rawat langsung, segera, bisa menunggu atau tanpa harapan.
Formulir  ini  harus  diserahkan  kepada  Regu  Dokumentasi  dan  Administrasi  untuk membuat  laporan kondisi korban.

Formulir Penanganan Bencana                                                                                                          Lembar No.     : ………………………….
Daftar Pemilahan Korban Bencana                                                                                                    Lokasi              : ……………………….
Pengisi : …………………………………….
No.
Nama (sesuai dengan tanda Penduduk)
Kondisi (pilih salah satu)
Jenis Kelamin
Perkiraan Umur (thn)
No. Pol Kendaraan / ambulans
Tujuan
Berangkat dari lokasi
KR
DR
NK
TH
L
P
Tanggal
Jam
























































































































































































Note :     1.             KR           =              Kritis ; Perawatan Langsung
                2.             DR           =              Darurat ; Perawatan Segera
                3.             NK           =              Non-Kritis ; Bisa Menunggu Perawatan
                4.             TH           =              Tanpa Harapan ; Meninggal atau tidak bisa dirawat




dari berbagai Sumber
by budi stones